me|write, spiritual
Leave a Comment

zombie doktrin..

Manusia dikasi hati nurani dan akal, untuk bisa merasa dan berpikir.. Kalo salah satu dari kedua potensi tersebut dimatikan, hidupnya tentu akan “pincang”.. Tapi gara2 doktrin, jadi bisa ada ya manusia yang malah dengan sengaja mematikan kedua potensi tersebut..

Nggak boleh bunuh orang itu kan “common sense” banget.. Nggak perlu logika yang tinggi dan rumit.. Jangan bikin kerusakan atau jangan nyakitin orang lain juga rasa2nya cukup bisa diterima logika anak SD.. Artinya, kalo ada yang melakukan itu, yaa istilah “nggak punya hati” atau “hilang akal” cukup tepat..

Gw mengakui koq yang ngebom bunuh diri di Makassar kemaren itu agamanya Islam.. Beberapa kali gw juga pernah ngomong gini di depan kelas saat ngajar: “Islam yang gw pahami bukan begitu.. Buat yang non-muslim, sorry kalo ada yang ngerasa gimanaa gitu.. Gw juga ‘eneg’ sama yang begitu.. Yang model begitu ituh yang bikin agama gw jadi berkesan jelek..”

Yaah, sembari ngikis paham radikal gitu deh di kampus.. Hehe.. Pernah ada yang bilang: Yang ngebom2 gitu itu ekstrimis.. Bedain dong antara radikal dan ekstrimis.. Yang radikal belum tentu ekstrimis..

Ya iyalah beda, wong itu dua kata yang berbeda.. Tapi perbedaan itu bukan substansi masalahnya.. Coba “dibuka” tuh kepala2 ekstrimis, pasti ada radikalisme di dalam sana.. Radikal adalah bibit2 dari ekstrimis..

Kalo menurut “The Concise Oxford Dictionary” (1987), radikal berasal dari bahasa Latin “Radix, Radicis” yang berarti akar, sumber, atau asal mula..

Jadi inget sebuah pernyataan seorang filsuf di buku The Best Chicken Soup of The Philosophers: “Akal manusia laksana matanya, dan agamanya laksana cermin.. Dia tidak dapat melihat dengan jelas keadaan dirinya kecuali dengan bantuan akal dan agamanya, sebagaimana dia tidak dapat melihat dengan jelas rupa wajahnya dengan nyata kecuali dengan bantuan cermin” – Al Hasan Bin Miqdad –

Itulah kenapa dalam Islam, nggak ada agama bagi orang yang nggak berakal.. Saat seseorang menistakan akal, ia akan gagal melihat dirinya sendiri secara utuh, gagal secara “maknawi”, namun beranggapan bahwa tindak tanduknya adalah tuntunan agamanya.. Makanya tindakan2 yang diambilnya jadi nggak logis.. Padahal sejatinya, agamanya menuntutnya untuk memaksimalkan akalnya..

So, jangan mau didoktrin jadi zombie.. Jangan mau didoktrin jadi “hewan ternak” yang mau digiring kemana aja.. Apalagi kalo dikompori dengan kebencian.. Kalo kata Buya Hamka, kita sama sekali belum merdeka kalo nerimo pendapat dari orang lain begitu saja, ataupun pendapat banyak orang yang nggak jelas “pangkal”nya.. Menurut beliau: “Semuanya harus ditimbang dengan akal, dibandingkan, dan kalau perlu dibantah !!”

“Ingatlah !! Kekayaanmu yang sebenarnya ialah kemerdekaan & kebebasanmu.. Tidak ada yang dapat membelinya walaupun dengan emas sebesar gunung..!!” – Buya Hamka

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s