Month: October 2015

memahat diri..

Pernah suatu ketika, seseorang bertanya pada Michaelangelo, kok bisa sih bikin patung kayu mahakarya yang bagus sekali, gimana caranya ??.. Sang maestro pun menjawab: “Patung itu sudah ada di dalamnya koq, saya hanya membantu membuang bagian2 yang tidak perlu dari bongkahan kayu yang digunakan..” *Doeng..!!*.. Mantep banget nih jawaban dari si maestro.. Maknanya bisa dalem pulak.. Bisa dikaitkan dengan ilmu untuk mencapai keberhasilan.. Manusia pada awalnya ibarat sebuah bongkahan kayu yang belum jadi.. Yang entah kapan nantinya, bisa akan tetap menjadi sebuah bongkahan kayu, atau akan menjadi sebuah karya ukiran / patung / bentuk lain yang lebih bernilai harganya.. Loh, koq enak aja main ngomong manusia itu semua sama kayak bongkahan kayu ??.. Ada beberapa pernyataan orang2 besar yang gw tau memang menganggap pada hakikatnya, semua manusia itu sama.. Seperti Confucius misalnya, ia pernah menyatakan, semua manusia itu sama, yang membedakan antar mereka adalah kebiasaannya.. Paul G. Stolt sebagai salah satu penggagas ide Adversity Quotient (AQ) juga beranggapan pada dasarnya semua manusia sama, karena kita semua kurang lebihnya menghadapi masalah2 yang sama, dan yang membedakan …

muda tapi tua, tua tapi muda..

Om Mario Teguh pernah ngomong begini: “Sekarang ini banyak orang muda tapi kayak orang tua..” Postingan kali ini ya deket banget deh sama omongan beliau yang ini.. Suatu ketika, beberapa pengajar yang sudah “berambut putih” sedang berkumpul di depan sebuah kelas.. Usut punya usut, ternyata mereka sedang saling berkeluh kesah akan kedisiplinan para mahasiswanya yang seringkali masuk kelas tidak tepat waktu.. Saat mereka datang di jam masuk yang seharusnya, seringkali kehadiran kelas hanya diisi oleh meja dan kursi saja.. Yah, bonus deh: papan tulis berikut penghapusnya, dan infocus yang tergantung di langit2.. Hehe.. Cerita yang lain: Sudah beberapa kali gw “gonta-ganti” grup maen badminton, selalu saja gw bertemu orang2 yang juga sudah “berambut putih”.. Tapi kalo maen tanding lawan mereka, sama sekali nggak bisa diremehkan.. Bukan hanya teknik bermainnya, tapi semangat dan kesungguhan mereka untuk berolahraga dan pantang menyerahnya cukup terpancar keluar dari diri mereka.. Sampai2 bisa membuat yang muda2 kelabakan dan heran sendiri.. Semangatnya pun benar2 seperti anak muda.. Kalo liat dua cerita di atas, mana sih yang sebenernya anak muda ??.. Mana sih …

Ajarin susah

ini tulisannya adhitya mulya (seorang penulis).. Tulisannya bikin gw mikir lagi tentang teori kreativitas yang bilang: “kemapanan adalah musuh dari kreativitas..”.. Plus, bikin gw mikir juga cara mendidik anak gw nantinya.. Gw dapetnya dari grup whatsapp sih.. Semoga bisa bermanfaat.. SYARAT HIDUP October 12th, 2015 Generasi Sebelumnya: Ada seorang operations manager dari sebuah client kantor gue – yang cool banget. Kita undang dia makan siang dan nasinya keras. Kita sebagai vendor yang baik, meminta maaf. Dia bilang, “Gak papa. Justru saya suka nasi keras. Gak suka tuh saya, beras sushi.” “Kok sukanya nasi yang keras Pak?” I cannot help but to ask. “Iya, orang tua saya ngajarin jangan pernah buang makanan. Nasi kemarin juga kita makan.” This may be simple. But this, blew my mind. ————————————————————————————————————— Dan setelah gue menjadi orang tua, di sini lah gue lihat banyak orang tua mulai mengambil langkaH yang tidak disadari, berdampak. “Saya waktu kecil, miskin. Saya pastikan anak-anak saya mendapatkan yang terbaik, termahal.” “Waktu kecil, saya makan aja susah. Saya pastikan mereka itu sekarang makan enak.” “Waktu kecil, saya …