Month: April 2018

Hawa-nafsu versi Hamka..

Belakangan baca2 lagi bukunya Buya Hamka, nemu lagi deh sejumlah paragraf yang buat gw perlu diabadikan di blog gw sebagai pengingat diri.. Tulisan2 beliau memang masih banyak yang cocok dengan kondisi sekarang meski ditulis puluhan tahun lalu.. Sungguh benar2 ulama yang visioner.. Berikut kutipan langsung dari buku beliau “Tasawuf Modern” (1939) dari bab Bahagia & Utama.. “Kesempurnaan ibadah tergantung pula kepada kesempurnaan budi dan otak.. Keutamaan terlindung di dalam dua arti: (1) Keutamaan otak, ialah dapat membedakan antara jalan bahagia dengan yang hina.. Yakin akan kebenaran barang yang benar dan berpegang kepadanya.. Tahu akan barang yang salah dan menjauhinya.. Kesemuanya didapat dengan otak yang cerdas, bukan karena turut-turutan, bukan karena taqlid kepada pendapat orang lain saja..” “(2) Keutamaan budi.. Ialah menghilangkan segala perangai yang buruk2, adat istiadat yang rendah, yang oleh agama telah dinyatakan mana yang mesti dibuang dan mana yang mesti dipakai.. Serta biasakan perangai2 terpuji, yang mulia, berbekas di dalam pergaulan hidup setiap hari dan merasa nikmat memegang adat mulia itu..” “Adapun musuh yang senantiasa menghalangi manusia mencapai keutamaan ialah hawa.. Hawa-nafsu menyebabkan …

candu game..

“IT’S DIGITAL HEROIN: HOW SCREENS TURN KIDS INTO PSYCHOTIC JUNKIES.”.. Begitu headline salah satu artikel New York Post yang bikin dunia game mungkin jadi “sedikit” heboh.. Atau nggak sama sekali ya ??.. Di salah satu WA grup gw sih ada juga yang ngeshare artikel terkait dengan berita ini.. Karena gw doyan banget maen video game, bahkan tesis pun tentang game, gw jadi pengen tau lebih jauh.. Ternyata artikel yang ditulis oleh Dr. Nicholas Kardaras itu, turut mengundang sejumlah “kontra”.. Kardaras menyatakan bahwa iPads, smartphone, dan Xbox adalah bentuk dari “digital drug”.. Kesemuanya dapat berdampak pada frontal cortex, dan memberikan efek yang sama seperti yang didapat dari kokain.. Peter Gray, Ph.D., seorang profesor dan periset di Boston College merupakan salah satu orang yang “meng-counter” Kardaras.. Dalam sebuah artikelnya di situs Psychology Today, Gray menyatakan bahwa riset Kardaras hanya merujuk pada adanya “jalur” tertentu di otak depan.. Dimana dopamine sebagai neurotransmitternya (kimia pembawa pesan), menjadi aktif ketika seseorang bermain video game, dan juga terjadi seperti saat seseorang mengkonsumsi drugs.. Yang “luput” dari Kardaras dan artikel2 sejenis adalah: …

kitab fiksi ?!?

Rame banget ye soal kitab suci adalah fiksi.. Udah cukup jelas sih, pernyataan ini ya sangat2 salah.. Fiksi yang jelas2 hasil imajinasi, buatan manusia, dan kebenarannya nggak harus sejalan dengan kenyataan, eh disamakan dengan kitab suci.. Ngaco’ banget lah.. Karena kalo memang bener “sama dengan” fiksi, udah dari dulu kata2 dari Naruto, Saitama, Luffy dan kawan2nya bakal gw renungi dalam2, dan gw jadikan panduan hidup.. Gwakakak.. Kitab suci ya isinya firman Tuhan.. Kalo Qur’an sih jelas2 dinyatakan kalo ini kitab yang nggak ada keraguan, dan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS.2:2).. Menyebut kitab petunjuk sebagai buku fiksi, jelas aja gw tersinggung.. Gw tunggu jadwal demo bela2’an, eh tapi tuh jadwal nggak nongol2.. Hehe.. Yah, meskipun kitab petunjuk, tapi untuk sebagian orang, Qur’an bisa juga menjadi kegelapan (QS.41:44).. Kenapa bisa jadi “kegelapan” ??.. Mungkin karena penuh syahwat dan nafsu berkuasa, iman atau hatinya berkabut, jadinya gelap mata dalam “melihat” ayat2 Tuhan.. Sebagaimana kondisi gelap, seseorang nggak bisa melihat sesuatu secara utuh atau komplit.. Itulah kenapa dalam proses “doktrin” kepentingan tertentu, ayat2 yang diambil hanya ayat2 yang …

akalnya penipu..

Ada buku judulnya: “The Honest Truth About Dishonesty: How We Lie to Everyone–Especially Ourselves..”.. Ditulis oleh Dr. Dan Ariely (2013), dan jadi New York Times Bestseller.. Dr. Ariely melalui studinya menyatakan bahwa menipu adalah hal yang tidak rasional, dan tidak ada hubungannya dengan berpikir untung rugi, berpikir kemungkinan ketangkep, serta berpikir tentang besarnya hukuman.. Menurutnya; berbohong bukanlah pertarungan internal antara pro dan kontra.. Namun itu adalah perjuangan internal tentang bagaimana kita melihat diri kita sendiri.. Gw suka dengan pernyataan Dr. Ariely ini.. Menipu orang lain itu bisa bersifat nggak logis, mungkin gara2 hawa nafsunya naek ke otak, kemudian menelan kewarasan atau logika orang itu bulat2.. Contohnya yang lagi rame: Gembong umroh travel penipu yang nominalnya sampe triliunan itu.. Mosok mikir gini aja susah sih: “Nyolong atau nipu itu nggak baik dan bikin dosa..”.. Padahal kan dari SD udah diajarin.. Naek dikit deh mikirnya: “Ini duit konsumen yang mau gw berangkatin umroh, ada ribuan orang, kalo mereka pada nggak berangkat, cepet atau lambat gw pasti ketahuan pake duit mereka untuk kepentingan2 lain..”.. MOSOK MIKIR SESEDERHANA gitu …