“Islam datang bukan untuk merubah budaya leluhur kita jadi budaya Arab, bukan aku jadi “ana”, kamu jadi “antum”, saudara jadi “akhi”, tetapi kita harus pertahankan milik kita, kita serap ajarannya, bukan budaya arabnya..” – Gus Dur –
Udah lama banget quotes dari Gus Dur ini ngalor ngidur di kepala guwa.. Karena, sejak dulu gw kuliah sarjana, mereka2 yang saling memanggil dengan ana, antum dan akhi itu banyak banget berseliweran di depan gw.. Dan dulu gw ngeliat itu sebagai hal yang cukup oke.. Tapi sekarang seiring bertambahnya pendidikan dan bacaan, lagi2 gw berubah pikiran.. Gw kembali “menggeser” apa yang dulu gw anggap oke itu..
Sekarang gw ngeliatnya kok berbuat seperti itu malah berkesan jadi ‘menyerap’ budaya arab dan menenggelamkan budaya sendiri.. Karena makin ke sini gw paham kalo Islam bukanlah arab.. Kalo Rasul diturunkan di Tiongkok, bisa jadi mereka2 yang menganggap Islam adalah budaya arab saat ini akan memakai baju tradisional China, dan saling memanggil dengan ngkoh & enci.. Persis kayak di mangga dua, hehe..
Karena Islam adalah agama, bukan budaya.. Dari banyak referensi, sederhananya budaya adalah semua hasil buah pikir manusia.. Sedangkan agama “langit” / samawi seperti Islam & Kristen, bukanlah hasil pemikiran manusia.. Agama dalam ilmu komunikasi bisa dibilang dogma: dari Tuhan, tidak terbantahkan.. Tingkatannya diatas paradigma, tradisi / perspektif.. Maka dari itu, dalam karya tulis keilmuwan sains (kayak tesis gw dulu misalnya) gw dilarang untuk menggunakan rujukan / referensi dari Kitab Suci.. Karena dosen penguji mana yang bisa membantah yang datang dari Tuhan..???.. Kalopun ada istilah budaya islam, ada yang bilang itu nilai2 saripati yang bersumber dari Al-Qur’an yang “terangkat” menjadi kebiasaan dan tradisi.. Seperti Sholat, nggak makan babi, & berkerudung.. Tapi tetap perlu digaris bawahi Al-Qur’an itu dari Tuhan, hal2 semacam itu adalah perintah Tuhan, jadi nggak bisa disebut budaya..
Rasul pun menyatakan sendiri kalo Beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.. Beliau tidak bilang akhlak manusia dari tempat tertentu saja… Ini bisa dimaknakan, penyempurnaan akhlak Rasul itu untuk manusia dari budaya manapun, darimana saja si manusia itu berasal.. Jadi Islam sebenarnya bisa tumbuh berdampingan dengan budaya apapun (dalam konteks nilai2 Islam masih tetap ditegakkan..).. Jadi gw pikir, untuk menjadi “Islami”, MUNGKIN kurang “bijak” untuk mengubah panggilan “ayah” menjadi abhi, atau “ibu” menjadi ummi.. Dan poin mendasar dari Islam, ada yang bilang juga justru dari hal yang nggak keliatan: yaitu Akhlak.. Tentu saja ini sangat bisa dimaknakan: BUKAN attribut fisik yang keliatan..
Gw jadi inget materi perkuliahan yang gw sampein di depan kelas kemaren.. Tentang Jeet Kun Do-nya Bruce Lee, dan quotesnya dia yang “Be Water my Friend..”.. Air itu kalo masuk ke mangkok, akan jadi mangkok, kalo ke gelas akan jadi bentuk gelas, kalo masuk ke botol akan jadi berbentuk botol.. Intinya, Jeet Kun Do adalah seni bela diri tanpa bentuk baku, dan lebih mementingkan keunikan dari setiap penggunanya.. “Output” bentuk dari pengguna Jeet Kun Do bisa beragam, terserah style dari masing2 keunikan / personalitas si pengguna..
Si Bruce Lee bilang: “I’m not teaching you anything, i just help to explore yourself..”.. Jadi si murid, justru nggak dianjurkan untuk meniru Bruce Lee secara fisikal, tapi tetap tumbuh dengan gayanya masing2 dengan berbasis filosofi Jeet Kun Do.. Hampir mirip ya.. Islam bukan datang untuk menghilangkan keunikan & gaya budaya kita masing2, tapi untuk tetap bisa tumbuh dengan penyempurnaan akhlak yang mulia..
Mungkin ini alasannya kenapa kata2 yang sering kita dengar itu “meneladani” Rasul, bukan “meniru” Rasul.. Karena terdapat perbedaan yang nyata antara meniru dan meneladani.. Meniru lebih condong pada hal2 yang bersifat fisik, sedangkan meneladani lebih pada non-fisik, esensial & filosofis..
meneladani dan meniru…kalau dari kamus artinya apa ya kak Ogie
LikeLike
Ada beberapa versi sih Roel.. Kalo di KBBI meneladani: memberi teladan / mengambil teladan.. dan kao meniru: menyama-nyamai, mengikuti contoh.. Sinonimnya meniru = membeo, menyalin, mengekor, membajak, membuat sesuatu yang tidak sejati (tiruan).. Nah, kalo meneladani = memedomani, memandu, mengambil teladan…
LikeLike
Reblogged this on me and my ego.
LikeLike
kenapa islam turun di arab? ada hikmahnya juga. selain dari segi bahasanya.
LikeLike
Yes setuju.. Ada yang bilang karena orang sana “bandel2” banget.. hehe.. Nggak bisa dipungkiri, bahasa arab buat saya juga bahasa yang hebat dan kompleks (pernah dapet pas SMP/A dulu).. Pasti ada hikmah dibalik semua ketentuan Alloh.. Tinggal manusianya aja, mau berpikir & mengambil pelajaran atau nggak..
LikeLike
Reblogged this on Randomness.
LikeLike