Month: August 2019

ulama keren..

Menurut tafsir Prof. Quraish Shihab, Allah melarang Ghibah (menyebut keburukan orang lain di belakangnya, meskipun itu benar) [QS.49:12], tidak hanya untuk saudara seiman.. Larangan ghibah juga berlaku bagi saudara dalam kemanusiaan, termasuk dalam kewarga-negaraan.. Supaya apa ??.. Ya supaya setiap orang sebagai warga negara, atau sebagai penduduk dunia ini bisa merasa aman dan nyaman.. Terhindar dari “kasak-kusuk” nggak jelas yang bisa menimbulkan prasangka buruk serta kebencian antar sesama.. Gw sangat menyayangkan tafsiran ulama top model begini nggak didengarkan.. Yang didengerin malah yang provokatif, yang menjelek2an, dan nggak menumbuhkan nasionalisme dan cinta kepada Ibu Pertiwi.. Hah ?? Apa pulak itu ??.. Mosok negara dianggap Ibu ?!?.. Ajaran dari mana ???.. Itu kan dari bahasa Sansekerta, punya agama lain..!! Memang nggak ada kata Ibu Pertiwi di agama Islam.. Tapi coba lihat bagaimana ulama sekaliber Prof. Quraish Shihab memaknakan kata tersebut.. Beliau memaknakan: bahwa kita manusia ini berasal dari tanah, jadi tanah adalah Ibu kita.. Tanah yang kita pijak sejak lahir ini telah memberi kita banyak hal, mulai dari udara, air, cuaca, tumbuh2an, hingga yang sifatnya non-material: seperti …

buktikan sendiri..

Bulan kemarin, ada mahasiswa semester 2 yang dateng ke kantor gw.. Dia bilang mau diskusi.. Intinya, nih anak kepengen banget ngomik sendiri secara “full time”.. Udah ada penerbit yang nawarin dia untuk menerbitkan karyanya.. Dia galau, apakah mau lanjut kuliah, atau stop kulilah dan total ngerjain komik berikut revisi2nya yang diminta oleh pihak penerbit.. Dia berpikir, kalo lanjut kuliah, tugas2nya pasti akan tambah banyak, waktunya akan habis untuk ngerjain tugas, dan bukan ngomik.. “Udah nggak ada hasrat gitu mas, mau lanjut ke semester 3, pengennya ngomik aja..”, gitu katanya.. Pas gw tanya, udah ada MOU atau tanda tangan kontrak belum kalo karyanya pasti diterbitkan ??.. Ternyata belum.. Hmm.. Dan hebatnya juga, ternyata orang tuanya mempersilahkan dia untuk mengambil keputusan sendiri.. Mau lanjut kuliah boleh.. Mau nggak lanjut kuliah alias total ngomik juga boleh.. “Kalo ada masalah kayak gini, bukannya lu harusnya konsultasi ke kaprodi ya?? Kok datengnya malah ke gua sih..??”.. Gitu tanya guwa.. Dia jawab: “Lah, dari kaprodi malah disuruhnya konsul ke mas Ogie..”.. Hayyaaahh.. Jadi gw yang bingung kan.. Yaah, bermodal pengalaman ngomik, …

budaya ya ya..

Di Madura, sekitar semingguan setelah Idul Fitri, ada namanya “Tellasan Topa”.. Tellasan artinya lebaran, dan Topa’ artinya ketupat. Tellasan Topa’ biasanya dilakukan di hari kedelapan di bulan Syawal.. Kalo dari sejarahnya, ini dikarenakan adanya sunnah berpuasa 6 hari di bulan Syawal.. Padahal kan puasa Syawal harinya nggak harus berurutan langsung gitu ya.. Tapi karena banyak juga yang melakukannya langsung 6 hari berturut2 setelah Idul Fitri, maka ini seperti “perayaan” bagi mereka yang berpuasa Syawal.. Tradisi tahunan ini sudah lama dilakukan di sana.. Hidangan utamanya ya sesuai namanya: ketupat.. Bentuk ketupatnya pun bisa dibikin beragam desain, nggak cuman kotak.. Bisa bentuk mesjid, ikan, atau burung.. Menu “gandengan”nya bisa bermacam2, bisa soto atau lainnya.. Pada hari itu juga, umumnya warga akan saling mengantarkan ketupat masakannya ke rumah2 tetangga terdekat.. Mau sodara atau bukan, pokoke setiap orang yang hidup bareng di sekitar situ bisa dapet masakan.. Bagi penafsiran masyarakat sana, Tellasan Topa’ mencerminkan nilai kebersamaan yang tinggi, kekerabatan, gotong royong, dan kekeluargaan.. Ini hanya salah satu contoh gimana Islam “bertemu” dan tumbuh bersama dengan budaya lokal.. Ada juga …