Month: February 2018

sholat anak SD..

Pas gw SMA, bokap gw pernah ngomong gini: “Kalo udah dewasa, sholatnya jangan kayak anak SD..”.. Intinya sih yg gw tangkep, “level” sholat seseorang itu mesti nambah seiring perjalanan umur.. Dulunya gw pikir, level lingkup sholat itu cuman sekitar tau arti bacaannya, gerakannya benar, durasinya makin lama (hehe..), dan makin awal waktu.. Yah, sekitar itu deh kalo dipandang dari hal2 yang secara fisik terlihat.. Sampe akhirnya, pas kuliah, gw mulai doyan buku2 tasawuf.. Gw terkesan sama pola pikir ala sufi yang menafsirkan segala sesuatu tidak hanya dari yang terlihat, namun juga yang nggak terlihat.. Dan seringkali pengamatan macam itu “luput” dari mata orang2 awam, terlebih bagi mereka yangg nggak mau maksimal menggunakan akalnya.. Misalnya cara pandang kayak gini: ada sebuah tembok pagar yang bagus dengan cat indah.. Yang kita lihat dan puji biasanya hanya apa2 yang tampak, seperti cat dan bentuk.. Padahal biasanya malah bukan itu yang terpenting.. Yang terpenting justru dari apa2 yang nggak keliatan.. Dibalik cat, ada semen, pasir, atau bahkan besi atau beton yang menentukan kekuatan.. Cat hanya “nempel” di permukaan.. Kalau …

pengetahuan supir..

Dulu pas kuliah, gw ngerasa lebih suka diajar sama dosen yang juga sekaligus praktisi.. Entah kenapa, cara mereka membawakan materi berasa ringkas dan tepat sasaran.. Jelas2 terlihat bukan seperti hafalan belaka, tapi pemahaman dari pengalaman berkala.. Orang yang bicaranya sederhana, tepat sararan, langsung menjawab inti pertanyaaan, umumnya adalah orang yang benar2 paham.. Sepertinya mereka2 ini udah melihat dan mengalami sendiri adanya “gap” antara teori dan kondis lapangan, atau bahkan menjalani sendiri “pertarungan” sebenarnya, dan bukan pertandingan “seremonial”.. Seseorang bisa menjadi tahu, atau bahkan “hafal” teori apapun, namun yang jauh lebih hebat adalah mereka yang bisa menemukan teori untuk diketahui dan dihafal.. Karena yang menciptakan-lah yang sejatinya bisa paham secara mendalam.. Pernah dengar istilah Chauffer Knowledge ??.. Atau terjemahan bebasnya: “pengetahuan supir” ??.. Dan versus-nya; Planck Knowledge ??.. Dua istilah ini muncul dari kisah Max Planck (ahli fisika Jerman penggagas teori fisika quantum), yang setelah berhasil mendapatkan Nobel Fisika, ia sering “keliling” untuk menjadi narasumber soal teorinya itu.. Ia “touring” ke banyak tempat di Jerman bersama supir pribadinya.. Si supir sering nonton “ceramah”nya si Planck, sampe2 …