All posts tagged: pemuda

ubah malas..

Awal semester baru udah dimulai.. Dari angkatan ke angkatan, umumnya selalu ada mahasiswa yang bilang ke gw kalo dia mau “tobat”.. Dalam artian nggak mau “telatan”, mau rajin, mau lebih oke lah dari semester sebelumnya.. Intinya, mau berubah gitu.. “Semester depan nggak gini lagi deh mas..”.. Kurang lebih begitu kalimat standard yang mereka ucapkan.. Kalo dari pengalaman, kalimat ini seringan terlontar dari mahasiswa yang menurut gw tercemari oleh rasa malas.. Gagal melawan rasa malas mereka sendiri di semester sebelumnya.. Tekad berubah hanya jadi sekedar tekad kalo rasa males tetep gagal dilawan.. Berubah dari males jadi rajin bukanlah hal yang mudah.. Terkait dengan perubahan, Rhenald Khasali Ph.D (2008) pernah menuliskan di dalam bukunya “Mutasi DNA Powerhouse”, bahwa ada empat harapan yang nggak realistis.. Yakni bahwa: (1) Perubahan itu mudah, (2) perubahan bisa diselesaikan dalam waktu singkat, (3) Perubahan itu murah “biayanya”, dan (4) Perubahan itu dapat menyenangkan semua pihak.. Untuk bisa berubah, dan masih mengharapkan keempat hal tersebut bisa dibilang mustahil.. Keempat hal itu buat gw bisa berlaku untuk level corporate dan level personal.. Pada level …

di tengah karena menengah..

Nggak sedikit anak2 dari keluarga kekurangan justru kehidupan ekonominya melejit secara menakjubkan di saat dewasa.. Anak2 orang berada, rasa2nya lebih mudah kalo pengen jadi berhasil di masa dewasanya, karena beragam “fitur” yang tersedia sebagai anak orang kaya.. Terus, anak2 orang yang ekonominya biasa2 saja / menengah, sepertinya malah punya kecenderungan untuk jadi biasa juga di masa dewasa.. Bener nggak sih pernyataan kayak gini ?? Mihaly, seorang pakar kreativitas pernah melakukan sebuah riset tentang “situasional” sosial ekonomi ini.. Ia mengaitkan fenomena pada paragraf di atas dengan faktor keterdesakan.. Keterdesakan di sini lebih kepada situasi / “keadaan” seseorang dalam kehidupannya, atau bisa dibilang sebagai rasa nggak aman yang dialami oleh seseorang.. Sayang di buku yg gw baca ini, nggak disebutkan secara detail riset dari si Mihaly.. Namun secara garis besar, ia meneliti sejumlah orang dari sejumlah keluarga tertentu, dan diamati siapa2 saja yang mampu mencapai tingkat kesuksesan tertentu /  prestasi kelas dunia.. Mihaly menemukan dari keseluruhan subjek penelitiannya, mereka yang mencapai sukses / berprestasi kelas dunia, 34% merupakan anak orang kaya.. Bapaknya banyak yang bekerja sebagai guru …

bisa ini bisa itu bisa repot..

Hwwahh.. Minggu kemaren udah nggak ngeblog, mosok minggu ini miss juga sih.. Ancur dah komitmen diri gw HARUS posting minimal seminggu sekali kalo minggu ini miss juga.. Konsisten emang nggak mudah, perlu terus dilatih dan dibiasakan.. Semoga saja bisa jadi habit beneran.. Ya apa mo dikata.. Dua minggu ini ada kerjaan yg gw mesti turun tangan sendiri… Walhasil, banyak porsi waktu yang mesti gw kerahkan ke ini projekan.. Kalo mengacu ke postingan gw yang udah lama ini (“lari, pelan, jalan”), bisa dibilang juga gw lagi ngejalanin kondisi sprint, dimana dalam kondisi tersebut, seseorang lagi full throtle untuk mengejar target jangka pendek.. Bener2 sampe ngos-ngosan… Alhamdulillahnya gw bisa suka sama yang gw kerjain.. Jadi berasa bukan 9 to 5 works, tapi jadi every moment awake job yang bisa dinikmati selama mata gw melek.. Hehe.. Tapi ya sesuka-sukanya orang sama kerjaannya, kalo udah kebanyakan dan tanpa isitirahat, cukup sulit lah untuk membuat sebentuk keluhan nggak keluar.. Pasti ada yang begitunya, namun sedikit.. Suatu saat nanti, gw pengen banget porsi nulis gw lebih banyak dari sekarang.. Entah sejak …

memahat diri..

Pernah suatu ketika, seseorang bertanya pada Michaelangelo, kok bisa sih bikin patung kayu mahakarya yang bagus sekali, gimana caranya ??.. Sang maestro pun menjawab: “Patung itu sudah ada di dalamnya koq, saya hanya membantu membuang bagian2 yang tidak perlu dari bongkahan kayu yang digunakan..” *Doeng..!!*.. Mantep banget nih jawaban dari si maestro.. Maknanya bisa dalem pulak.. Bisa dikaitkan dengan ilmu untuk mencapai keberhasilan.. Manusia pada awalnya ibarat sebuah bongkahan kayu yang belum jadi.. Yang entah kapan nantinya, bisa akan tetap menjadi sebuah bongkahan kayu, atau akan menjadi sebuah karya ukiran / patung / bentuk lain yang lebih bernilai harganya.. Loh, koq enak aja main ngomong manusia itu semua sama kayak bongkahan kayu ??.. Ada beberapa pernyataan orang2 besar yang gw tau memang menganggap pada hakikatnya, semua manusia itu sama.. Seperti Confucius misalnya, ia pernah menyatakan, semua manusia itu sama, yang membedakan antar mereka adalah kebiasaannya.. Paul G. Stolt sebagai salah satu penggagas ide Adversity Quotient (AQ) juga beranggapan pada dasarnya semua manusia sama, karena kita semua kurang lebihnya menghadapi masalah2 yang sama, dan yang membedakan …

muda tapi tua, tua tapi muda..

Om Mario Teguh pernah ngomong begini: “Sekarang ini banyak orang muda tapi kayak orang tua..” Postingan kali ini ya deket banget deh sama omongan beliau yang ini.. Suatu ketika, beberapa pengajar yang sudah “berambut putih” sedang berkumpul di depan sebuah kelas.. Usut punya usut, ternyata mereka sedang saling berkeluh kesah akan kedisiplinan para mahasiswanya yang seringkali masuk kelas tidak tepat waktu.. Saat mereka datang di jam masuk yang seharusnya, seringkali kehadiran kelas hanya diisi oleh meja dan kursi saja.. Yah, bonus deh: papan tulis berikut penghapusnya, dan infocus yang tergantung di langit2.. Hehe.. Cerita yang lain: Sudah beberapa kali gw “gonta-ganti” grup maen badminton, selalu saja gw bertemu orang2 yang juga sudah “berambut putih”.. Tapi kalo maen tanding lawan mereka, sama sekali nggak bisa diremehkan.. Bukan hanya teknik bermainnya, tapi semangat dan kesungguhan mereka untuk berolahraga dan pantang menyerahnya cukup terpancar keluar dari diri mereka.. Sampai2 bisa membuat yang muda2 kelabakan dan heran sendiri.. Semangatnya pun benar2 seperti anak muda.. Kalo liat dua cerita di atas, mana sih yang sebenernya anak muda ??.. Mana sih …