me|write, spiritual, think sotoy
Comments 4

optimi[S]ed..

Tanggal 3 April kemaren, Alhamdulillah warga komplek gw meresmikan selesainya renovasi mesjid komplek.. Mesjid yang usianya sekitar 34 tahun itu akhirnyaa “dirobohkan” dan dibangun kembali dengan desain baru..

Mesjid yang buat gw cukup bersejarah, karena gw dan teman2 sepantaran sekomplek sempat menjadi pengurus remaja mesjid tersebut.. Ada satu peristiwa yang nggak bisa gw lupa di dalam mesjid itu, saat gw berusia di awal 20an..

Dulu, biasanya kelar sholat Isya berjamaah, kadang kami anak2 remaja mesjidnya nih, suka ngobrol2 santai2 gitu.. Nah, ntah gimana pada waktu itu, anak2 pernah jadi saling kepo, mengenai harapan mereka masing2 sebelum mencapai umur 30 tahun..

Satu persatu kami bergiliran ngomong harapannya apa.. Dan saat giliran gw tiba, gw ngomong gini: “Sebelum umur 30 tahun, gw kepengen punya perusahaan sendiri..”

Berkat izin Alloh dan kerja keras, nangis2 jatuh bangun berdarah2, serta terus belajar tentunya, saat usia gw 27 tahun, sebuah perusahaan desain grafis berbadan hukum pun terbentuk.. Dengan “bergabungnya” salah satu teman dari remaja mesjid yang sama, klien sekelas Toyota pun Alloh datangkan..

So, pelajarannya, perbanyaklah mengucapkan kata2 yang sifatnya optimisme atau harapan2 yang baik.. Karena kita nggak benar2 bisa tau, kata2 kita yang mana yang akan diaminkan oleh malaikat, dan kemudian “di-approve” beneran oleh Tuhan..

Bersikap optimis memang tidak otomatis menyelesaikan masalah.. Tapi paling tidak, itu adalah bentuk prasangka baik kepada Tuhan.. Mana tau dengan itu, Tuhan nantinya “men-trigger” ide2 kecil di kepala kita yang kemudian menjadi cikal bakal dari solusi..

Kalo dari sotoy2nya gw sih ya, Tuhan memberikan kita imajinasi, salah satu fungsinya itu untuk menghibur diri kita sendiri dalam kondisi2 tertentu..

Membayangkan situasi2 positif menyenangkan di dalam kepala sendiri, atau menembus waktu ke masa depan saat harapan/impian sudah tercapai, sangat bisa membantu diri ini yg sedang terpuruk / gagal untuk berkesimpulan: “Ini belum garis finish, ini belum akhir dari cerita..”

Bersikap pesimis malah bisa mengundang “ke-negatifan”, lantas menyalahkan banyak hal di luar diri.. Padahal ada banyak sekali hal di luar diri yang pada dasarnya memang nggak bisa kita kontrol..

Saat seseorang bersikap optimis, sebetulnya dirinya sedang berupaya untuk meyakini bahwa Tuhannya benar2 Maha Pengasih.. Dan kemudian sisanya adalah tentang dirinya sendiri.. Bukankah hidup ini sejatinya adalah tentang urusan diri ini dengan Tuhan, dan bukan yang lain ??

Jadi inget lagi tulisan Buya Hamka (tapi buku yg mana gw lupa.. Haha..), yang kurang lebih bilang begini: “Saat berada di dalam badai, teruslah maju, berharaplah pertolongan hanya pada Allah saja.. Dan saat pertolonganNya datang, itu sudah lebih dari cukup..”

4 Comments

  1. Bagus bgt tulisannya. Memotivasi aku yg lagi kesal sama ekspetasi2 gak kesampean. Di sisi lain aku enggan berdoa krn takut kecewa jika ga dikabulkan. Morat-marit lah mood ini. Thanks ya Mas

    Like

    • Ekspektasi itu akan tercapai kalo setara dengan skill / kemampuan diri.. So, jangan kecilkan ekspektasi, tapi terus belajar meningkatkan skill.. Tengkyu juga, dan sukses selalu !!..

      Liked by 1 person

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s