Otak bekerja secara sinergis.. Jadi apa2 yang masuk ke otak, akan “bersinggungan” dengan apa yang sudah kita ketahui selama ini.. Kaitannya sama mendapatkan ide gimana ??.. Untuk pencetusan ide, gw paling suka dengan analogi kelereng..
Ibaratnya, isi otak kita adalah kelereng2 listrik, dan masing2 butir kelereng merupakan satu informasi/pengetahuan yang sudah kita ketahui.. Saat ada informasi baru masuk, maka satu butir kelereng baru pun masuk..
Apa yang terjadi saat otak seseorang PENUH dengan kelereng, lantas dimasukkan satu atau lebih kelereng lagi ??.. Kelereng baru tersebut akan menggeser kelereng2 lain, dan menyebabkan kelereng2 yang sudah ada saling beradu / bersinggungan satu sama lain..
Nah, saat kelereng2 saling bersinggungan, keluarlah percikan2 listrik akibat “beradu” itu.. Dan percikan itulah yang disebut IDE..
Itulah kenapa referensi, dan “koleksi” menjadi perlu.. Seorang komikus legendaris umumnya referensi / koleksi komiknya juga banyak, atau seorang pembuat film mumpuni, koleksi filmnya juga banyak, dan seorang ulama sejati koleksi buku2nya pun banyak..
Hal tersebut seakan “mempermudah” mereka untuk mencetuskan ide2 baru atau pemikiran2 yang berbeda saat menyerap informasi2 baru..
Sebaliknya, kalo kelereng di dalam kepala kita sedikit, ya jadi susah dapet ide.. Bayangin sebuah ruang kosong, sedikit kelereng, terus masuk kelereng baru.. Tuh kelereng mau bersinggungan dengan apa ??.. Nggak ada percikan listrik yang keluar akibat “beradu”nya kelereng.. Ataupun kalo dapet ide biasanya ya nggak jauh dari itu2 juga..
Makanya ada kan, yang kalo dapet informasi baru, ujung2nya selalu output-nya: konspirasi, yahudi, di-dzolimi, khilafah, dsb.. Karena apa ??.. Ya karena “kelereng” di kepalanya mungkin cuma itu.. Hehe..
Menjadi masuk akal kalo perintah pertama adalah Iqra’.. Karena sepertinya Iqra’ memang berjodoh dengan cara kerja otak manusia yang sinergis.. Dalam sistem sinergis, 1 + 1 bisa lebih dari 2.. Dan ‘lebih’nya bisa berarti berapa aja..
Abbas Mahmud al-Aqqad (1889-1964 M), ulama terkemuka Mesir, pernah berujar:
“Ide Anda hanya satu, demikian juga perasaan dan imajinasi. Tetapi bila hal itu bertemu dengan ide, rasa dan imajinasi yang lain, maka ketika itu yang lahir bukan hanya dua ide, rasa dan imajinasi, tetapi banyak sekali sehingga tidak terhitung jumlahnya. Seperti seorang yang duduk di antara dua cermin. Ia bisa melihat banyak sekali pandangannya ke seluruh penjuru cermin itu.”
“Demikian juga dengan membaca. Betapapun manusia makan, maka dia tidak dapat memenuhi kecuali memenuhi satu pencernaannya saja. Betapapun dia berpakaian, maka dia tidak dapat menutupi kecuali satu jasadnya. Tetapi bila dia membaca, maka dia dapat mengumpulkan sekian banyak ide, rasa dan imajinasi dalam benaknya dan dengan demikian dia tidak hanya memiliki satu hidup saja”.