me|write, think sotoy
Comments 2

melanggar aturan 10.000 jam..

Untitled-1Mungkin kita kurang kenal dengan nama Herbet Simon & William Chase.. Mereka adalah peneliti yang hasil eksperimennya menyimpulkan bahwa: nggak ada pecatur yang mampu meraih gelar grandmaster  dengan  latihan intensif kurang dari 10 tahun.. Beberapa peneliti juga membahas hal ini dan membawa aturan ini ke bidang / domain ilmu yang lain.. Seperti tenis, renang, lari jarak jauh, penulis, ilmuwan, dan diagnosis medis.. Ternyata aturan 10 tahun ini pun terbukti di situ..

Malcolm Gladwell kemudian mempopulerkan lagi teori tersebut, dan melalui temuannya ia ‘mengembangkan’ lagi, atau mengubah istilahnya menjadi aturan 10.000 jam.. Ia menyatakan; untuk meraih prestasi tinggi, diperlukan deliberate practice (latihan berkualitas untuk meningkatkan skill) selama 1.000 jam per tahun, dan untuk prestasi yang diakui dunia, perlu 10 tahun lagi harus menggeluti bidang tersebut..

Namun teori dari Gladwell ini bukannya tanpa kritik.. Karena sekarang pun mulai terlihat adanya orang yang mampu melanggar aturan tersebut, termasuk dari Indonesia.. Yang lagi rame kemaren itu Joey Alexander, anak 12 tahun yang mampu menunjukkan kemampuan bermain jazz piano kelas dunia.. Joey masuk dalam nominasi Best Improvised Jazz Solo (lewat lagu Giant Steps) dan Best Jazz Instrumental Album (album My Favorite Things) pada Grammy Awards ke 58..

12 tahun !!.. Bisa dibayangkan ??.. Kalo aturan 10 ribu jam itu diberlakukan, berarti si Joey ini mulai latihan piano serius mulai dari umur 2 tahun !!!.. Hehee.. Ini mungkin gak sih ?? Kayaknya nggak mungkin ya.. Secara kita tau sendiri gimana kemampuan kognitif, afektif, dan motorik anak di umur 2 tahun.. Penelitian terus dikembangkan mengenai hal ini.. Studi dari Univ. Princeton salah satunya.. Dalam studi tersebut, para peneliti menemukan: latihan jelas bertanggung jawab terhadap perubahan performa kita sekitar 12% dalam beragam bidang.. Namun ternyata besarnya persentase tersebut tergantung bidangnya juga..

Hal “tergantung bidang”nya ini juga dijelaskan oleh Frans Johansson (2012) dalam bukunya “The Click Moment” – Seizing Opportunity in an Unpredictable World.. Menurutnya, deliberate practice hanya bisa memprediksikan kesuksesan dalam bidang yang “struktur”nya sangat stabil.. Seperti tennis, catur, musik klasik dan sejenisnya, dimana peraturannya nggak pernah berubah.. Namun untuk entreprenurship, rock and roll (sepertinya Jazz juga ya..), atau melukis, aturan tersebut bisa kurang berlaku..

Roger Bacon, intelektual Inggris abad 13 dulu pernah menyatakan; nggak mungkin seseorang bisa menguasai matematika dengan belajar kurang dari 30 tahun.. Ealaah, sekarang anak SMP udah pada bisa matematika, dan anak kuliahan udah bisa kalkulus.. Ada yang beranggapan, ini terjadi karena metode pengajaran yang berubah menjadi jauh lebih baik & sitematis ketimbang dulu.. Teknik pengajaran diperbaiki terus menerus hingga seseorang bisa belajar lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat..

Frans Johansson dalam salah satu contohnya menyebutkan catur termasuk domain yang strukturnya stabil, dan perlu 10.000 jam untuk mastery.. Ternyata eh ternyata, ada ‘anak ajaib’ lain yang membuktikan aturan 10.000 jam catur pun bisa dilanggar.. Silahkan googling Sergey Karjakin dari Ukraina.. Ia adalah peraih gelar grandmaster catur “muda” berusia 12 tahun 7 bulan !!!

Anders Ericsson, profesor Florida State university, sekaligus salah satu peneliti top dunia tentang expertise / keahlian, kepo juga dengan apa yang dicapai Sergey.. Ia mencurigai keberhasilannya berkaitan dengan berkembangnya program komputer khusus yang mampu melatih para pecatur dalam waktu singkat.. Ia terus meneliti fenomena ‘anak2 ajaib’ yang berhasil melanggar aturan 10.000 jam..

Kalau kembali menurut Frans, menjadi master bukan hanya sekedar latihan, ada yang lebih dari itu.. Tapi ia juga mengakui dari sudut pandang teoritis dan statistik, kalo latihan tetaplah PERLU.. Terus, apa lagi ya yang diperlukan untuk bisa mencapai kesuksesan ??.. Nah, inilah Pe eR-nya para ilmuwan.. (^_^)/

2 Comments

  1. Mungkin karena pengaruh bakat. Kita kemudian mengenal konsep pengembangan bakat, yang salah satu elemen kecilnya adalah pelatihan secara konsisten. Pada akhirnya kita sepakat bahwa pelatihan memang perlu. Anak-anak yang sudah punya bakat jelas lebih mampu mengembangkan bakatnya karena hasil pelatihan daripada anak-anak yang tidak berbakat (jika dibandingkan secara apple to apple). Kita kemudian juga mengetahui masih adanya perdebatan metode pelatihan dengan tujuan lebih kepada memfokuskan kelebihan atau mengurangi kelemahan. Bicara mengenai bakat, potensi dan kemampuan manusia memang begitu sulit untuk diukur secara pasti mengingat potensi manusia yang belum seutuhnya dapat dieksplorasi oleh para ilmuan. Itulah dahsyatnya kemampuan manusia.

    Like

    • Betul.. kemampuan manusia sulit diukur secara akurat, baik itu nilai sekarangnya, maupun batasnya.. Ada juga yang mengkritisi bakat.. Karena sejumlah hasil studi menunjukkan untuk mencapai kesuksesan, peran bakat ternyata semakin kecil, dan peran latihan semakin besar.. Mungkin ini juga yang menyebabkan belakangan ini ada muncul istilah “membakatkan diri”…

      Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s