me|write, think sotoy
Comments 2

minimalisir bias pikir..

01Lanjut dari postingan sebelumnya, bias pikir / kogintif seringkali terjadi, bahkan terkadang tanpa kita sadari (bias blind spot).. Kalo di Barat sana, ada event April Mop, di saat itu orang boleh berbohong atau bahasa halusnya “menguji keluguan orang lain”.. Hehe.. April Mop di tahun 1957, British Broadcasting Corporation (BBC) menayangkan laporan tentang spageti yang dipanen dari sebuah pohon.. Banyak orang yang terjebak kemudian menelpon BCC dan ingin tahu gimana caranya melakukan itu…

Moral dari kisah ini sudah jelas: jangan mempercayai begitu saja atas apa yang dibaca atau didengar.. Isi dari media itu orang2 juga, entah itu “orang kita” atau orang luar.. Dan seperti postingan gw sebelumnya, ada kecenderungan biologis dari otak untuk bias / disimpangkan supaya percaya pada majalah yang kita beli, saluran televisi yang kita tonton, dan orang yang kita sukai..

Menurut Newberg & Waldman (2013) dalam “Born to Believe”, langkah pertama untuk jadi pemikir atau orang beriman yang lebih baik adalah menyadari, bahwa setiap persepsi dan pemikiran mengandung sejumlah bias.. Soalnya, setiap keyakinan yg kita pegang adalah hasil kompromi antara yang sesungguhnya terjadi di dunia-nyata, dan dunia yang seperti kita inginkan..

Central Intelligence Agency (CIA) juga menyadari kalo ini sulit untuk dimengerti.. Sampe2 pernah menerbitkan buku panduan untuk kalangan mereka sendiri.. Di buku itu dinyatakan kalo persepsi itu nggak pasif, tapi sebuah proses aktif.. Persepsi lebih bersifat membangun ketimbang “merekam” realitas.. Jadi orang membangun persepsinya sendiri berdasarkan masukan dari indra.. Nah masukan ini diproses secara rumit oleh mental, mana yang diterima, gimana ngaturnya, kesiapan memahaminya, sampe makna2nya.. huhu.. *pusing sendiri gw..*

Pendek kata, gimana seseorang setelah menerima informasi akan sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, nilai budaya, tuntunan kedudukan, norma, dsb.. Itulah kenapa orang bisa membuat kesimpulan yang berbeda2 tentang realitas atau pemaknaan yang berbeda atas informasi yang sampe kepadanya..

Lantas supaya tidak terlalu bias / menyimpang, ada sejumlah strategi yang dikembangkan oleh CIA yang diajarkan pada para analis intellijennya, sekaligus supaya mereka bisa berpikir lebih bijak dan terbuka.. Berikut 8 strategi tersebut:

  1. Kuasai cara2 mengembangkan sudut pandang berbeda.
  2. Jangan beranggapan bahwa orang lain akan berpikir atau bertindak sama seperti kita.
  3. Pikirkan sebaliknya.. Daripada mikirin kemungkinan apa yang terjadi, langsung tempatkan diri di masa depan, dan dari situ cobalah untuk menjelaskan penyebab2 potensial kenapa kita ada di situ..
  4. Bayangkan kalo keyakinan yang kita anut saat ini adalah salah.. Lantas buat skenario yang membuatnya menjadi benar.. Ini bisa membantu seseorang untuk melihat keterbatasan keyakinan yang dipegang seseorang..
  5. Cobalah menjalani kepercayaan orang lain dengan betul2 memerankannya.. Hal ini bisa membuat kita berhenti melilhat dunia hanya dari sisi keyakinan kita.. (*NOTE: poin 4 & 5 ini hal yang sulit, apalagi untuk keyakinan yg sifatnya religius..)
  6. Mainkan “pengacara setan” (devil’’s advocate) dengan melihat dari sudut pandang kaum minoritas.. Hal ini bisa ngebantu kita kalo kita punya anggapan yang berbeda, ternyata bisa melihat dunia terlihat berbeda..
  7. Lakukan brain storming / curah pendapat.. Banyak ide bisa membawa kita ke pemikiran yang lebih berkualitas.. Karena gagasan yang awal2 muncul di pikiran kita hampir selalu mencerminkan keyakinan lama.. Gagasan baru bisa ngebantu kita untuk terbebas dari kendala emosional dan norma sosial..
  8. Berinteraksilah dengan orang2 dari berbagai latar belakang dan keyakinan..

So, sudut pandang akan menentukan apa yang kita liat, menentukan apa yang kita simpulkan dan akhirnya menentukan tindakan kita.. Kalo seseorang melihat dari perspektif yang sempit, keputusannya juga sempit.. Contohnya ya “cocoklogi”, apapun dikaitkan dengan wahyudi, hehe.. Sebaiknya emang kita ni mesti belajar ngeliat dari beragam sudut pandang.. Karena keputusan yang berasal dari satu perspektif hanya menguntungkan satu perspektif, dan keputusan yang berdasarkan pada banyak perspektif, berpotensi menguntungkan banyak pihak..

2 Comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s