“Jangan pisahkan agama dan politik”..?? Hmm.. Gimana ya ?? Seakan ada paradoks di pernyataan itu.. Dibilang dipisah, tapi agama (Islam) meliputi segala aspek kehidupan.. Dibilang “dicampur”, tapi kok jadinya malah aneh, jadi doyan mengkafirkan, nggak mau mensholati jenazah, “halal” memfitnah, dan berkesan “menyerang” yang berseberangan pilihan politik..
Tiap2 pemeluk agama pasti meyakini kalo agamanya-lah yang paling benar.. Pas kuliah S2 dulu, gw jadi paham, kalo agama itu dogma, posisinya lebih tinggi dari perspektif atau tradisi dari teori2 yang ada.. Lah wong firman Tuhan.. Saat seseorang meragukan sebuah teori, dia bisa langsung bertanya kepada si “empu”nya teori, atau melihat teori2 bantahannya, atau teori2 lain yang mengkritisinya..
Namun kalo kita ingin tau sebenar2nya tentang firman Tuhan, kepada siapa kita harus bertanya ??.. Sangat kecil kemungkinan bisa bertanya langsung ke Tuhan.. Dan kalo kata Cak Nun, sepinter2nya ustad atau ulama bicara tentang Alloh, mereka pun “menafsirkan” juga, belum tentu benar, karena tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Alloh..
Karena agama adalah dogma, hal tersebut menjadi nggak penting untuk diperdebatkan, apalagi di”versus”kan, karena semua itu adalah pilihan, yang akan dipertanggung jawabkan masing2.. Nggak ada orang lain yang akan kena “getahnya” setelah kiamat nanti..
Apapun profesinya, saat seseorang paham betul akan agamanya, maka outputnya akan baik.. Mau jadi gubernur kek, tim sukses kek, insinyur, desainer grafis, atau lainnya, saat Tuhannya dijadikan pelindung, “sumber tenaga”, dan sekaligus “pengawas”, maka outputnya pasti akan baik..
Analogi “bercampur”nya agama dan bidang ilmu lain itu bisa seperti “Fusion” = the process or result of joining two or more things together to form a single entity..
Saat akhlak seseorang benar2 “terpahat” oleh agamanya, maka akhlaknya akan bercampur dengan keilmuannya, bahkan bisa saling menguatkan.. Seperti fusionnya Trunks dan Goten di serial Dragonball..
Kalo ada seorang muslim namun kelakuannya masih “aneh2”, bisa jadi proses fusion belum terjadi secara sempurna.. Akal dan hatinya belum synchronized 100%, antara keyakinan agamanya, dengan akal yang sejatinya memang harus terus “dicemerlangkan”.. Ilmu Alloh meliputi segala sesuatu, menjadi lucu saat memilah2 ini ilmunya si kafir, dan itu ilmunya si syi’ah, dan sejenisnya..
Saat fusion telah terjadi, tujuannya adalah Tuhan.. Seseorang bakal enggan menggunakan ilmunya untuk melakukan hal2 yang dilarang atau dibenci oleh Tuhannya.. Kalo masih punya akal sehat & hati bersih, bisa gitu melakukan hal2 negatif dengan berdzikir / menyebut nama Tuhan saat melakukannya..??
Pencampuran agama yang “kulitnya” saja dengan politik tentu saja hasilnya jadi aneh.. Bagaimanapun, dan dalam hal apapun, “kulit” memang berbeda jauh dengan “isi”..
Bener..
LikeLike