me|write, spiritual, think sotoy
Leave a Comment

kontekstual donk..

untitled-1Kemaren ngobrol sama calon klien, ngomongin soal konteks (bisa berupa lingkungan, keadaan, budaya, waktu, zaman, dan sejenisnya..).. Lantas di kepala gw jadi muncul pertanyaan: sebenernya gimana sih hubungan konten dan konteks.??

Banyak definisi konteks, diantaranya, menurut Deddy Mulyana (2005) dalam “Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar”, konteks merupakan sebab / alasan terjadinya suatu pembicaraan, dan menjadi sangat berperan dalam pemahaman makna serta informasi..

Terkait dengan konteks, Barnett dkk (2005) juga mengembangkan sebuah teori yang namanya Coordinated Management of Meaning (CMM).. Salah satu konsep dari teori tersebut menyatakan bahwa konteks menjadi titik acuan dari pemaknaan dan tindakan seseorang..

Menurut Mellisa (2009) dalam ‘The Fundamental of Branding’, “bekerjanya” sebuah konten, sangat bergantung pada konteks.. Contohnya, strategi komunikasi brand gadget yang canggih banget (konten), sangat tidak bisa “bekerja” di sebuah tempat yang masih ‘primitif’ yang bahkan handphone saja orang jarang liat (konteks).. Bisa dibilang, sampainya makna konten dengan tepat pada user, bergantung pada konteksnya..

So, untuk memahami konten teks sebenar2nya, harus turut memperhatikan konteks.. Karena kalau nggak, akan bisa jadi aneh, nggak cocok atau janggal.. Contoh sederhananya bisa dari kasus teks berikut: “Bang, dua, pedes..!!”..

Kalo ngomong kalimat ini sama tukang nasi goreng, proses penyampaian dan pembentukan makna menjadi cocok dan sama2 paham maksud antara pemberi pesan dan penerima pesan.. Karena bisa dibilang mereka berada dalam satu “konteks” (waktu, tempat, keadaan, budaya, dan sejenisnya..)

Coba deh ngomong “Bang, dua, pedes..!!” ke tukang jual pulsa, tukang tambal ban, atau abang kita sendiri yang lagi nonton tipi.. Pasti jadinya aneh atau janggal.. Hehe.. Kalimat sederhana seperti contoh di atas saja bisa sangat berpotensi mengalami pergeseran pemaknaan kalau konteksnya nggak diperhatikan.. Apalagi kalimat2 Al-Qur’an ??..

Itulah kenapa gw setuju banget sama mereka yang bilang untuk bisa memahami Qur’an totally itu, harus melihat pada kontekstualnya juga.. Supaya apa ?? Ya supaya cocok, nggak janggal.. Karena seringkali intisari dari pemaknaan secara kontekstual lah yang bisa “dibawa” sepanjang zaman.. Malah bisa cocok dengan zaman apapun..

Buya Hamka pernah menuliskan: “Maka jika kelihatan sesuatu yang janggal, bukanlah karena salah agama.. Melainkan karena kehalusan perasaan agama tidak dipupuk oleh kecerdasan pikiran.. Hanya membaca kitab2 yang beku, tidak dituntun oleh ilmu pengetahuan yang sejati..”

Jadi untuk bisa bener2 paham makna dari kalimat Alloh nggak mudah donk ya ??.. Eehhhmm.. Mungkin sebenarnya mudah (Q.S. 54:17, 22, 32, 40).. Tapi kitanya aja yang meremehkan (QS. 56:81), kurang memperhatikan lebih teliti & rinci (QS. 25:30), dan malas berpikir.. Karena hanya mereka yang berpikirlah yang bisa mengambil pelajaran (QS. 38:29)..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s