“pokoknya nanti kalo udah nikah, kamu mesti nurut sama aku… wakakaka..” seorang cewek berkata begituh pada seorang cowok.. si cowok menjawab.. “nggak mau… kamu nanti yang mesti nurut sama aku.. hahaha..”…. gue yang terlibat dalam pembicaraan dengan maksud bercanda itu jadi ikutan ketawa….
jadi… yang bener yang mana donk ?? gitu gw pikir… di saat emansipasi dan kesetaraan gender jadi semakin tajam… saat pria dan wanita sekarang ini punya peluang yang sama untuk lahan pekerjaan apapun… ya kan ?? mas-mas penjaga pom bensin pun sekarang ini kadangkala berubah jadi mbak-mbak….
sebagai pengamat yang sotoy, kadang gue suka memperhatikan temen2 dan family gue yang udah berkeluarga, mana yang “takut” sama istri dan mana yang tidak.. hehehe… mungkin lebih tepatnya lebih dominan sapa kali ya ?? si suami atau si istri??… yang “takut” istri seh sepengamatan gue jadi lebih kurang “berbicara” (apalagi kalo ada istrinya di sampingnya… khuhuhu..) dan kurang berani mengambil resiko dalam sikapnya… apa kata istrinya langsung diturutin dan sulit beradu argumen, jatohnya jadi debat kusir dan akhirnya yang cowok dah yang ngalah…
sebaliknya yang istirinya nurut sama suami rasa-rasanya si cowok lebih percaya diri atas keputusan yang diambilnya, lebih berani berinisiatif dan bahkan mengambil langkah-langkah ekstrim… buntutnya sepertinya kepuasan batin mereka untuk menjalankan hidup sebagai cowok lebih terpenuhi… buya hamka pernah berujar lewat tulisannya, kalo gak salah begini: dunia laki-laki adalah di luar, bukan di dalam rumah dan bukan dalam lingkungan cinta dan dibawah pengaruh wanita… bahkan beliau berani bilang kalo untuk mencapai “keutamaan” itu salah satunya harus bebas dari pengaruh wanita… cinta adalah tempat “berlibur” seorang pria untuk kemudian melanjutkan perjuangannya di luar sana…
gue belum nikah.. tapi untuk gw pribadi, gw bertekad untuk menjadikan istri gw yang nurut gw (wakakak..) alias gw lebih condong kepada opini pemimpin rumah tangga adalah pria… rujukan yang bisa diambil yah QS annisa ayat 34 yang sepenggalannya berbunyi: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).”
gw gak ngerti sama sekali tentang ilmu tafsir… tapi dari kalimatnya udah jelas seh… ada yang menafsirkan maksut “melebihkan sebagian bagi laki2 atas sebagian wanita” itu akalnya… karena memang otak pria dan wanita berbeda… riset membuktikan kalo karena perbedaan kandungan pada otak, menurut para ahli, secara natural seorang pria lebih berbakat di bidang matematika. Sedangkan wanita lebih berbakat di bidang yg berhubungan dengan bahasa… dan pada tes intelegensia, pada umumnya rata-rata skor pria lebih tinggi 4-5 poin bila dibandingkan rata-rata skor wanita… dan pernah gue baca juga, cara kerja otak wanita itu lebih muter2 ketimbang lelaki… jadi kalo pria lebih direct, dan wanita indirect…
ada juga yang memaknakan dilebihkan itu maksutnya pria gak pernah absen sholat karena gak pernah kedatengan “tamu” dan sebaliknya… rasa-rasanya nanti gue lebih mikir untuk “memperkerjakan” istiri gw di rumah ajah untuk ngurus anak ketimbang jadi wanita karir untuk mengejar keseteraan gender dan apapun itu alasannya… atau mungkin gw izinin kerja tapi gak jauh2 dari rumeh… atau ada kegiatan rutin lain biar gak bosen di rumah terus… kasian kan…. heheheh… emang ini cuman sekelabat di kepala gue aja sih… masi terlalu dini untuk gw ngomong kayak gini mengingat gw blum menikah… dan untuk menafkahi anak istri nanti berarti gue kudu jadi kaya…… kayaaaaa datanglaaaahhh…!!!! wakakakakak…
yang gue sayangkan sekarang banyak wanita lebih mengejar karir ketimbang membesarkan anak.. menurut gue anak itu investasi masa depan yang nggak ternilai harganya… dan peran istri gede banget di sini…
mungkin kutipan dibawah ini yang gue ambil dari sini bisa jadi bahan renungan……
——————————————————————————————————————————————————
“Anak-anak akan menjadi terlantarkan jika laki-laki dan perempuan sama-sama tersita dalam aktivitas publik yang pada akhirnya mereka akan memyelesaikan masalah tersebut dengan menggaji pembantu. Negara pun dapat mencari solusi dengan penyelenggaraan day care centre sebagaiman yang diterapkan dalam program welfare state di Negara Skandinavia.
Pada titik ini kehancuran institusi keluarga akan semakin jelas. Peran pemimpin yang dibebankan kepada kaum laki-laki akan melemah. Karena kaum perempuan pun turut menuntut kepemimpinan tersebut. Apalagi jika gaji kaum perempuan lebih tinggi. Peran keibuan dan pengelolaan rumah tangga akan terabaikan. Padahal peran ini adalah peran utama dan pertama dalam melahirkan generasi berkualitas.
Dampak nyata kehancuran masyarakat dan generasi ini sudah terbukti di negara yang di puji-puji dalam kebehasilan menerapkan keadilan dan kesetaraan gender 50:50, yaitu Skandinavia. Negara ini justru mengalami banyak kerusakan struktur sosial.
Angka perceraian meningkat sekitar 100% dalam waktu 20 tahun, persentase anak yang dilahirkan di luar nikah hampir melebihi 50%, kenakalan remaja meningkat, kriminalitas meningkat 400% (1950-1970), anak-anak bermasalah alkoholik, obat bius, dan tindak kekerasan meningkat 400% (1950-1970). Hal yang sama pun terjadi di negara pengusung gender lainnya seperti Amerika.
Dalam pandangan Islam, laki-laki dan perempuan memiliki potensi hidup yang sama yaitu akal, kebutuhan hidup, dan naluri. Semua ini adalah sifat kodrati yang telah melekat pada penciptaan manusia. Namun demikian, selain memiliki kesamaan dalam penciptaan sebagai manusia, pria dan wanita juga memiliki kekhususan-kekhususan sesuai dengan jenis kelaminnya masing-masing. Baik perbedaan yang bersifat fisik meliputi struktur tubuh, organ reproduksi, sistem hormonal ataupun yang bersifat psikis yang bisa jadi dipengaruhi oleh faktor biologisnya.
Karena itu sungguh tepat jika Islam menetapkan hak dan kewajiban yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan. Wajar jika laki-laki mendapat tugas sebagai pemimpin bagi perempuan karena Allah SWT telah memberikan kelebihan padanya dalam hal tersebut. Wajar pula jika wanita mendapatkan tugas dan tanggung jawab sebagai umm wa rabbat al bayt (ibu dan pengatur rumah tangga) karena perempuan memang diberi kelebihan dan keistimewaan dalam perkara tersebut. Itulah aturan yang adil.
Perlu kita semua memahami bahwa adanya perbedaan dari segi aktivitas ini bukan berarti akan menurunkan kemuliaan dari dua makluk ini yaitu laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing yang jika hak dan kewajiban dilakukan sesuai dengan porsinya oleh laki-laki dan perempuan dalam kehidupan maka akan menghasilkan kehidupan yang selaras dan harmonis. Kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrohmah akan terbentuk dan begitu pula dengan kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu masuknya kesetaraan gender ini perlu diwaspadai sebagai racun yang sengaja ditanamkan kepada generasi muda untuk menghancurkan kehidupan di masa depan.”
——————————————————————————————————————————————————
amiinn… tapi berdasarkan data di lapangan seh kayaknya lewat neh 2009… hehehe… yah do’akan saja lah… tengkyu yee…
LikeLike