me|write, spiritual
Leave a Comment

murni batin..

Akhirnyaa, bisa ngeblog lagi.. Emang kalo bocah2 lagi pada libur tuh yaa, jadi seringan ngajak maen babenya mulu.. Keunggulan momen Idul Fitri, salah satunya memang momen keluarga.. Namun apakah cuman itu ??.. Gimana dengan ungkapan kembali ke fitrah ?? Kembali jadi seperti bayi ??.. Sering denger kan ungkapan begitu..

Bayi menjadi simbol dari “asli” dan “orisinil”, setelah penggembelengan berpuasa sebulan penuh.. Nggak ada bayi yang berpura2.. Kalo laper atau kenapa2 ya nangis, kalo ketawa ya ketawa aja meskipun tanpa alasan.. Belum ada “sadar niat” dan motif untung-rugi dibalik setiap tindakan..

Nggak ada bayi yang sadar budaya, ras, dan agama, apalagi sadar politik.. Mosok ada bayi terus udah niat mencoblos partai tertentu di masa depan nanti..?? Tindakan2 bayi seakan “murni” dari Tuhan..Tangis dan tindakan2 bayi merupakan sesuatu yang alami, maka kembali ke fitri berarti kembali meng-alam.. Tanpa identitas dan tanpa embel2 gelar, kembali ke ‘dasar’ menjadi seorang manusia..

Meski berkesan mustahil, paling nggak, bisa lebih ditanamkan lagi pada level batin atau kesadaran.. Bahwa alam ini dihuni milyaran manusia yang sejatinya punya hak yang sama seperti kita.. Syukur2 bisa dilanjutkan dengan sikap untuk mengikis sifat2 destruktif atau negatif yang merusak “kemurnian” alam..

Ada juga yang menafsirkan idul fitri dengan retrospeksi (pandang balik atau mengenang kembali).. Melihat kembali perjalanan hidup kita di masa lalu.. Ini seakan masih “nyambung” sama tradisi mudik.. Kembali ke kampung halaman bisa mendukung proses retrospeksi ini..

Kembali melihat rumah di kampung halaman, gedung2 sekolah masa kanak2, dan tempat bermain di masa lalu.. Kesemuanya bisa saja berpotensi menjadi “AHA’ momen untuk membangun kembali atau merevisi makna2 hidup yang sedang dijalani..

Mungkin aja di sejumlah masyarakat Indonesia, tradisi mudik sudah masuk ke alam bawah sadar, dan menjadi “endapan” motivasi.. Kalo nggak pulkam, rasanya ada yang kurang.. Sehingga meski harus menempuh macet dan melawan lelah, hal ini tetep dilakukan berulang setiap tahun..

Ada juga tafsiran lain soal Idul Fitri ini.. Terkait dengan “template” ucapan: mohon maaf lahir & batin.. Hehe.. Ibarat kita ini buah mangga, maka kulit dan daging buah adalah lahirnya, dan biji mangga adalah batinnya.. Biji nggak keliatan dan sulit “dicerna”.. Tapi di situlah letak keberlangsungan regenerasi, pertumbuhan, dan kelestarian dari si mangga..

Proses puasa adalah penggodokan atau pembersihan biji / inti / batin.. Maka, tanpa “maaf batin” di penutupan puasa dari orang2 yang pernah kita sakiti baik sengaja ataupun tidak, rasanya jadi kurang lengkap / nggak enak / afdhol.. Karena seperti yang dikatakan sejumlah filsuf timur: semua yang ada di alam ini, termasuk batin manusia, sejatinya saling terhubung.. We are connected..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s