Alhamdulillah selalu diamanatkan ngajar kreativitas untuk semester 2, tapi baru2 ini gw sadar, bahwa ada teori kreativitas yang nggak populer.. Gw cek2 lagi slide materi ajar gw, eh beneran.. Ternyata teori nggak populer ini hanya ada beberapa slide saja dari sekian ratus slide ajar yang gw bikin..
Ini apa beneran nggak populer, atau mungkin gw-nya aja yang males cari buku referensinya karena jarang ada ya..?? Hehe.. Tapi memang teori2 kreativitas ini nggak begitu diterima di kalangan psikologi akademis.. Mungkin karena inilah buku rujukan ilmiahnya pun sedikit..
Teori kreativitas yang gimana sih yang nggak populer ini ??.. Innih, teori yang menekankan bahwa: sumber kreativitas itu bukan “saya” si individu, tapi “Kita” – bersama Tuhan yang memanifestasikan diri-Nya di dalam diri manusia.. Ini kan sulit ya untuk pembuktiannya secara sains.. Apalagi ada banyak agama, ya bisa saja Tuhan-nya juga banyak, dan ujung2nya jadi subjektif banget..
Di sejumlah referensi yang gw temui, yang dominan itu ada 4 perspektif untuk bisa melihat kreativitas secara komprehensif.. Tapi ternyata ada satu perspektif yang memang selalu nggak ada di buku rujukan ilmiah pada umumnya.. Apa itu ??.. Ya yang diatas tadi itu.. Perspektif yang melihat Tuhan sebagai sumber segala kreativitas..
Eric & Lynley (2009), dalam “Psychology of Classroom Learning” menyatakan bahwa: Gagasan2 tentang kreativitas sebagai inspirasi yang didapat dari kekuatan2 yang jauh lebih besar ditemukan dalam tradisi2 Yunani, Yahudi, Kristen dan Muslim.. Hal tersebut menggerakkan ide2 yang menyatakan bahwa kreativitas datang dari sumber2 yang misterius, bahkan dari Ilahi..
Disebutkan juga, gagasan2 kayak gitu masih ditemukan di era tahun 2000an, dalam upaya menguak misteri intuisi, khususnya di bidang seni.. Bener juga sih.. Kan ada ya pengarang lagu, penulis, ataupun pelukis yang “bersemedi” dulu untuk bisa mendapatkan ilham..
Carl Jung juga menyinggung hal ini dalam “Modern Man in Search of A Soul”.. Jung berpandangan bahwa seni adalah sejenis dorongan batin yang mencengkeram manusia, dan dorongan tersebutlah yang menjadikan manusia sebagai alat.. Jadi menurut Jung, Seniman bukanlah orang yang dikaruniai kemauan bebas yang mencari tujuannya sendiri, melainkan orang yang membiarkan seni itu sendiri mewujudkan kehendaknya lewat dirinya..
Filsuf Nietzche dalam “The Creative Process” pernah menyebutkan: kalo si orang tuh cuman “mikrofon” aja, atau medium bagi semacam kekuatan Yang Maha Kuasa.. Dia bilang “Pemikiran melintas seperti kilat, semuanya terjadi hampir tanpa dikehendaki, seolah2 dalam luapan kebebasan, kemerdekaan, kekuasaan, dan keilahian..“
Hwalalaaaah.. Bener2 teori yang “berat”.. Ini gimana gw jelasinnya ke mahasiswa ya, wong gw sendiri aja nggak paham prakteknya ??.. Lagian, kalo bener2 “dikejar” terus nih, bisa2 kelas gw berubah jadi kelas Tasawuf.. (^_^!)/…