me|write, think sotoy
Comments 2

pake hikmah..

Semingguan lalu diberi amanat menguji sidang Karya Tugas Akhir sejumlah mahasiswa.. Alhamdulillahnya, sidangnya nggak online.. Sidangnya di dalam ruangan yang sudah disediakan kampus.. Namun tentu saja dengan protokol kesehatan yang ketat..

Tema2 yang diambil untuk tugas akhir oleh para mahasiswa biasanya memang beragam, dari yang “remeh” sampe yang bisa dibilang “kakap”..

Yang bikin gw seneng, ternyata di masa sidang tahun ini, ada banyak yang mengambil tema2 kearifan lokal.. Ada yang tarian, ada yang tentang aksara lokal, ada yang ketahanan pangan, sampe ada yang bikin komik tentang toleransi penduduk lokal dengan etnis Tionghoa..

Bagaimanapun, buat gw pribadi, kalo ada mahasiswa yang berani mengambil tema kearifan lokal, itu adalah sebuah nilai plus.. Terlepas nanti gimana si mahasiswa cakap atau tidak saat menyajikan karyanya, niat buat ngasi “plus”udah kebayang di kepala gw..

Karena budaya Nusantara bener2 luas dan beragam, dan gw cuman bisa mengeksplor “seupil” doang melalui Su’od dengan ke-Madura-annya.. Jadi masih ada banyak sekali “kepo” di dalam diri ini mengenai kearifan lokal.. Dan menguji ataupun membimbing tugas akhir mahasiswa, merupakan kesempatan buat gw untuk nambah wawasan mengenai hal itu secara cepat.. Hehehe.. Ilmiah pulak.. Ada dasarnya gitu loh..

Entah kenapa, gw dulu ngerasa nggak se-nasionalis sekarang.. Mungkin karena pergaulan, sempet terpapar “gejala ringan” virus khilafah, atau ya mungkin gara2 kurang banyak baca buku.. Atauuu, mungkin juga gara2 perpolitikan yang rasis, bikin gw jadi semakin “ngeh” soal nasionalisme ini..

Sepertinya kalau seseorang bisa benar2 menyadari betapa kayanya Nusantara kita ini dengan kearifan lokalnya, rasa bersyukurnya akan makin tumbuh, plus rasa cinta tanah airnya juga makin meningkat.. Terlepas dari sekat2 kelompok, suku, ataupun agama..

Jadi inget pernyataan seorang guru yang bilang, dalam menjalani hidup ini, yang nomer satu itu bukan ilmu, yang nomor satu itu kebijaksanaan atau hikmah.. lmu itu kerjanya untuk membeda2kan.. Misal, ini gelas, itu botol, itu cangkir, nah yang kayak begitu itu ilmu.. Sifatnya seperti meng”kotak2″kan..

Mangkanya kalo kita sekolah ada mata pelajaran atau kuliahnya toh ??.. Ada matematik, biologi, fisika, musik, gambar, dan lain2.. Semuanya berbeda.. Dan jadi berkesan “aneh” kalo kita mencampurkan antara musik dan fisika, atau matematika dengan biologi..

Kalo hikmah nggak seperti itu.. Ia melihat botol, gelas, cangkir, sebagai satu hal, yakni: tempat atau wadah menampung air.. Kerjaan kebijaksanaan atau hikmah adalah mempersatukan dan menemukan “ukhuwah”..

Pesan beliau: Kalau mau bersatu jangan pake gengsi ketinggian ilmu, tapi pakailah hikmah / kebijaksanaan..

Bener juga yaa.. Faktanya kita memang berbeda2 warna kulit, bahasa, dan adat istiadat.. Tapi kalo pake hikmah, kita tetep satu Indonesia..

2 Comments

  1. Ini pembahasan yang sebenernya gak ringan loh. Sederhana cara menyampaikannya apa itu hikmah, tapi kok bermakna ya. As always tulisan Bung Ogie Urvil selalu membuka wawasan yang rumit menjadi sederhana.

    Liked by 1 person

    • Tengkyu masbroh.. Sejak “ngadepin” mahasiswa, makin sadar kalo penyederhanaan itu ternyata penting juga.. Hehe.. Sampe sering mikir kalo ngasi teori2 ke mereka. “Ini supaya mereka bisa ngerti gimana caranya ya ??..” Dan kadang akhirnya malah jadi pusing sendiri.. (^0^)/.. Blog ini jadi salah satu tempat “latihan” saya..

      Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s