me|write, spiritual
Comments 3

para pemanggil..

Untitled-1Kurang lebih sebulan lalu gitu, ada yang ngomong ke gw via blog, supaya jangan nulis soal agama kalo nggak sering ngaji, kalo nggak ada basic agama.. Yah poinnya, si dia ini menganggap gw adalah orang yang nggak pantes buat ngomongin / nulis tentang agama, atau mikirin agama..

Dia beranggapan hanya orang2 tertentu aja yang boleh mikirin agama.. Hanya mereka yang sering ke pengajian lah yang kemudian pantas ngomongin agama.. Yah, gw ketawa aja, males nanggepin..

Padahal kalo menurut ulama sekaliber Buya Hamka dan Cak Nun, setiap orang boleh saja berijtihad soal agama, ataupun “belajar” dari Qur’an.. Karena sejatinya Qur’an jelas2 dinyatakan diturunkan bagi seluruh umat manusia (QS 45:20).. Bukan untuk Islam saja, bukan untuk ustad saja, bukan untuk mereka yang rutin ikut pengajian di mesjid saja.. Diturunkan untuk apa ??.. Untuk direnungkan dengan tujuan mengambil manfaat yang baik darinya (di-tadaburi) (QS 47:24), dan supaya kita bisa mengambil pelajaran (QS 44:58)..

Kalo gw pikir, Qur’an itu demikian luas maknanya, dan bisa menjadi inspirasi bagi mereka yang mau memikirkannya.. Menganggap pe-makna-an dan pengambilan manfaat yang baik dari ribuan ayat Qur’an hanya untuk monopoli segelintir orang saja, justru mengkerdilkan kebesaran Qur’an itu sendiri..

Sebagian orang memang ada yang mengklaim bahwa kebenaran hanya milik mereka sendiri.. Mereka berkesan berdakwah, dan seringkali berkesan menggantikan peran Tuhan dalam banyak hal, termasuk menilai keimanan orang lain.. Lantas bersikap sebagaimana Da’i..

Padahal, yang gw pahami sejauh ini, Da’i itu artinya yang memanggil.. Kata kerjanya yad’u, kalau kata bendanya dakwah.. Ada ulama yang beranggapan: setiap orang dan bahkan setiap segala sesuatu di alam ini adalah Da’i atau pemanggil.. Angin yang bertiup dengan suara lembutnya itu Da’i.. Gunung yang mengepul asapnya itu juga Da’i.. Burung yang berkicau pun Da’i.. Mereka semua memanggil untuk ingat kepada Tuhan..

Gw suka dengan perspektif ini.. Sampe2 hewan pun bisa jadi Da’i, atau pemanggil kita untuk ingat kepada Tuhan.. Mungkin itu sebabnya hati ini bisa “nyesss” gitu saat kita melihat kucing, awan, atau ikan mas koki.. Kucing mengeong, kambing mengembek, ayam berkokok, bentuk “pemanggilan” mereka pun sangatlah jujur & sederhana sesuai sunatullah..

Berbeda dengan “pemanggil” manusia, kita nggak bisa benar2 tahu apa isi hatinya, niatnya, dan sedalam apa ruang akalnya.. Mereka pun bisa juga berkoar2 dengan hoax, provokasi, dan bahkan ancaman.. Atau ngomong “A” lantas berbuat “B” atau “Z”.. Padahal Rosul sudah mencontohkan, cara memanggil yang sangat top adalah melalui akhlak yang lembut dan baik..

Karena dakwah adalah suatu hal yang persuasif, bukan represif..

3 Comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s