Dalam buku Zen Mind – Beginners Mind (1995), Shunryu Suzuki menuliskan sebuah metafora tentang mereka yang bisa belajar dengan cepat, dan belajar dengan lambat.. Metafora yang diambil adalah 4 ekor kuda, dengan tingkatan: kuda terbaik, kuda yang bagus, kuda kurang bagus, dan kuda yang jelek..
Kuda terbaik bisa lari sesuai keinginan penunggangnya tanpa perlu dicambuk, kuda bagus bisa lari seperti kuda terbaik namun mesti ditakuti dengan cambuk meski nggak perlu sampe dicambuk.. Kuda kurang bagus baru akan lari setelah cambuk mengenai kulitnya.. Dan kuda jelek yang terakhir baru akan berlari setelah cambuk merobek kulit, mengoyak daging, dan bahkan hingga tulangnya.. Kebayang deh, betapa susahnya membikin kuda terakhir ini berlari..
Sebetulnya cerita ini bisa berkatian dengan konsep “deliberate practice” dari teori 10.000 jam.. Deliberate practice bisa dibilang latihan dengan konsentrasi tingkat tinggi untuk meningkatkan kualitas kemampuan.. Jadi bukan latihan “ala kadarnya”.. Konsentrasi & fokus tinggi menjadi kuncinya.. Terdengar gampang, tapi coba lakukan sendiri, terlebih di saat era “distraction” dari teknologi dan media sosial sekarang ini.. Gw jamin pasti akan lebih sulit..
Ngerjain sesuatu yg sifatnya “nyambi”, atau sambil ngeladenin medsos, maen game, atau notif messenger bisa membuat “deliberate practice” menjadi sekedar latihan biasa sambil lalu.. Ibarat nyetir mobil: injek lepas gas, rem, injek kopling, pindah gigi, yang dilakukan sambil ngobrol atau ngegosip.. Kesemuanya dilakukan tanpa berpikir & konsentrasi penuh..
Kalo mau coba sendiri rasanya “konsentrasi”, bisa dicoba nih metode dari psikolog S.W Tyler.. Caranya, mintalah tolong seorang teman.. Minta teman anda nulis 5 nama sayuran di sebuah kertas.. Terus tambahkan 5 buah lagi nama sayuran, TAPI dengan penulisan terbalik, atau bacanya mesti dari belakang, dan beberapa hurufnya dihilangkan biar nggak gampang kebaca.. Contohnya: L_TR_W, atau M_YA_, T_M_T ..>>> (Tau kan ini sayur2 apa ??.. hehe)..
Dalam waktu kurang lebih 30 detik, silahkan coba dihafal 10 sayuran tersebut.. Lantas beberapa menit kemudian, sebutkan kembali sebanyak mungkin dari 10 sayuran tersebut.. Kebanyakan orang akan lebih mampu mengingat 5 sayuran yang bacanya dibikin lebih susah.. Kenapa ??.. Karena untuk “baca” 5 sayuran kedua, perlu konsentrasi.. Ditulis dari belakang, adanya huruf yang hilang, yang notabene adalah “kesulitan/ kesusahan”, membuat otak jadi ada “beban” tambahan, dan bikin kita makin fokus, jadinya lebih “lengket” di otak.. Itulah maksud dari konsentrasi di sini..
Terus apa hubungannya dengan metafora empat kuda dari Suzuki ??.. Begini hubungannya: kalo kita belajar terlalu gampang, seperti kuda terbaik, kita nggak akan berupaya keras, dan nggak konsentrasi.. Menurut Suzuki, mereka yang tangkas, seringkali sulit berkembang bila sudah sampai pada taraf tertentu..
Jadi menurutnya: kuda terbaik tidak selalu yang terbaik, bahkan bisa jadi yang terjelek, dan kuda terjelek bisa jadi adalah kuda terbaik.. Kenapa ??.. Karena untuk bisa terus belajar & berkembang, seseorang harus mampu merasakan sakit hingga ke daging dan tulangnya.. Penderitaan dari ratusan kali gagal, jatuh dan bangun kembali, bisa membuat “pelajaran” semakin lengket mendarah daging..
Gw jadi teringat salah satu nasehat Buya Hamka: “Jadilah orang yang tahan menderita”.. Siapa saja punya kemungkinan untuk menjadi orang pintar, sukses, ataupun jenius, asalkan bisa tahan menderita.. Menjadi nyambung juga dengan pernyataan pentolan ‘The Beatles’, John Lennon: “Genius is Pain..”..
Ah iya, ada satu lagi yang nyambung, pernyataan dari filsuf Elbert Hubbard: “Keuletan adalah karakteristik semua orang sukses.. Kejeniusan adalah seni menjalankan rasa sakit yang tak terhingga.. Semua prestasi luar biasa diwarnai dengan perhatian yang ekstrim, dan kesungguhan yang tak terbatas..”
couldn’t be more agree
LikeLike