me|write, think sotoy
Comment 1

(jangan ??) fokus pada kekuatan..

Untitled-1Sepertinya kita udah sering denger nasehat yang ini: “Fokus selalu pada kekuatan, abaikan saja kekurangan..”.. Bahkan gw sendiri saat ngajar pun, cukup inget pernah ngasi nasehat ini ke mahasiswa2 gw.. Karena, saat satu kekuatan diri itu berhasil diketemukan, dan bisa dikembangkan sampe maksimal, maka kekuatan itu akan menutupi semua kekurangan yang ada pada diri..

Yes betul.. Ini beneran nasehat yang top untuk menemukan & memaksimalkan sebuah kekuatan diri.. Nah, yang jadi masalah adalah saat berada di tahap berikutnya.. Nasehat di awal postingan malah sepertinya bisa jadi kurang pas..  Kalimat “abaikan kekurangan” justru bisa menjadi bumerang..

Saat diri ini sudah berhasil menemukan suatu set kekuatan / kemampuan, justru yang tidak boleh diabaikan adalah kekurangan pada kemampuan tersebut.. Jadi untuk betul2 bisa memaksimalkan kemampuan, perlu juga berfokus untuk “memberantas” kekurangan2 yang ada di dalam proses peningkatkan kemampuan yang sudah dimiliki.. Dan ini ternyata bukanlah hal yang mudah..

Dalam mempelajari sesuatu, apapun itu, pada awalnya kecepatan kemajuan diri demikian terasa.. Contohnya pas kuliah, karena adanya feedback (komentar, nilai, dsb) dari dosen, kemajuan diri jadi mudah terlihat.. Sampai akhirnya pada titik tertentu, saat kompetensi terlihat cukup, peningkatan keterampilan menjadi semakin sulit, atau malah jadi terkesan “mandek” atau terhenti sama sekali..

Pada titik ini sebagian orang bisa beranggapan kalo dirinya memang nggak berbakat, atau beranggapan kalo batas kemampuan dirinya hanya sampai di situ saja.. Padahal alasan lain yang cukup logis bisa jadi begini: karena merasa cukup kompeten, kesalahan yang kita lakukan sudah jadi lebih sulit terlihat di mata orang awam, bahkan juga oleh diri kita sendiri..

Mahasiswa yang sudah lulus, nggak dapet feedback lagi dari dosennya.. Orang2 awam yang melihat karya kita pun sulit memberikan feedback, karena menganggap kita sudah cukup kompeten.. Jadi punya “mentor’ (senior, guru, atau teman dengan kemampuan lebih tinggi), yang bisa memberikan feedback merupakan hal yang bisa berpengaruh dalam peningkatan kemampuan..

Meningkatkan kemampuan sampai titik maksimal bukan pekerjaan gampang.. Pertama, karena nggak ada yang tau persis “titik maksimal” seseorang itu ada di “ketinggian” berapa.. Dan kedua, semakin tinggi kemampuan, maka akan semakin sulit untuk meningkatkannya lagi.. Analoginya ibarat kita lagi ngambilin pohon rambutan yang banyak buahnya.. Untuk metik rambutan yang ada dibawah / dekat dengan tanah akan mudah.. Tapi makin ke atas, cara2 yang dipakai untuk metik rambutan yang di bawah mungkin sudah nggak bisa dipakai lagi.. Apalagi untuk ngambil yang di pucuk pohon paling atas..

Mau manjat tapi rantingnya kecil, mau pake galah tapi galahnya kurang panjang.. Mau manjat sambil pake galah, manjatnya bakalan kebih susah, karena manjatnya mesti pake satu tangan.. Jadi, cara2 biasa di awal untuk meningkatkan kemampuan, mungkin saja nggak bisa digunakan lagi di saat2 kompetensi tinggi mulai terbentuk.. Di saat2 inilah kita sebaiknya lebih mawas diri untuk melihat kekurangan pada keterampilan ataupun cara2 yang kita pikir sudah “sempurna” selama ini..

So mesti dipikirkan sendiri, atau cari referensi lain dari mereka yang sudah berhasil mencapai puncak.. Kira2 metode2 / cara2 apa yang mereka lakukan sampe bisa jadi seperti itu..?? Cara2 apa yang mereka gunakan sampe bisa terus menerus “menambal” kekurangan pada kemampuan / keterampilan mereka ??

Peningkatan kemampuan sendiri / deliberate practice memang bisa membuat diri jadi menderita.. Nggak salah deh kalo ada yang bilang: kejeniusan itu sekian puluh persennya adalah keringat dan rasa frustasi.. Frustasi kenapa ?? Ya itu tadi, terus menerus memikirkan cara untuk meningkatkan kemampuan, menambal kekurangan, dan memperluas “jangkauan ekonomi” dari kemampuan yang sudah dimaksimalkan..

1 Comment

  1. Pingback: Fokus Pada Kekuatan Atau Perbaikan Kelemahan? | Perspektif

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s