Orang2 yang terus nyebarin hal2 buruk kepada sesuatu udah hampir bisa dipastikan masuk dalam kategori pembenci.. Kalo pake akal sehat, mungkin bisa dibilang nggak ada orang yang mau di cap sebagai pembenci.. Entahlah kalo akalnya nggak sehat.. hehe..
Benci dan nggak suka itu sebenernya nggak sama.. Kalo liat Kamus Besar Bahasa Indonesia, benci itu kata tidak suka yang di depannya ditambahin kata SANGAT.. Dan dampak dari penambahan kata “sangat” ini ternyata nggak sedikit loh.. Biasanya selalu diikuti dengan tindakan2 yang sifatnya “menyerang” pada hal yang dibenci itu.. Lebih jauhnya, kalo objek yang dibencinya adalah manusia, maka apapun yang dilakukan oleh si manusia itu udah pasti salah di mata pembenci.. Contohnya banyak neh di wall fesbuk..
Bisa dibilang, kalo seseorang membenci sesuatu, udah pasti dia nggak suka sama sesuatu itu.. Tapi kalo orang nggak suka sama sesuatu, belum tentu dia benci sama sesuatu itu, dan biasanya nggak akan ada tindakan lebih jauh pada objek yang nggak disuka.. plus lagi, semua orang mungkin bisa masuk ke tipe yang sekedar “nggak suka” ini.. Wajar kan ada sesuatu yang gak disuka.. Misal, gw nggak suka sama wortel.. Terus persoalannya selesai, titik sampe di situ..
Tapi kalo gw benci sama wortel, maka gw akan “menyerang” si wortel secara psikologis.. Misal, membully-nya mulai dari dalem kulkas, sampe saat masuk panci atau penggorengan, dengan mencela2 si wortel: “Dasar wortel jelek !!” 1.000 kali… Atau gw nulis status di fesbuk: “Wortel itu makanan kelinci, mau gitu disamain sama kelinci ?!?.. Kelinci tuh logonya majalah Playboy loh !!..”.. Atau status lainnya: “Wortel ternyata sangat nggak baik untuk mata !!.. Coba aja tarok wortel di mata.. Anda akan lihat sendiri hasilnya..!!”.. Gyaha..
Hal fatal yang menurut gw sebaiknya benci itu dihindari adalah: Rasa benci akan membuat kita terus berprasangka buruk, dan bikin kita gagal total untuk bisa menilai sesuatu secara objektif.. Sebagus apapun, sejago apapun, setinggi apapun si objek / orang itu bisa terbang, pembenci nggak akan mau mengakui itu.. Malah cenderung melihat itu semua sebagai “kekurangan” ataupun kesalahan.. Akibatnya, orang2 model pembenci adalah orang2 yang sulit untuk bisa belajar dari lawan2nya (baca: orang yang nggak disuka..) Padahal belajar atau hikmah bisa didapat dari mana saja, dari orang yang kita suka ataupun dari yang nggak kita suka..
Maka kalo dipikir lebih dalam, rugilah orang2 yang punya sifat pembenci.. Waktu & tenaganya akan terkuras memikirkan hal yang dibencinya, dan ujung2nya hidupnya bisa jadi nggak efisien.. Jadi, kalo nggak suka sama sesuatu, yah resepnya sederhana: biasa aja lah.. Rasa benci itu adanya di hati, yang bagusnya emang kondisinya mesti “dijaga”.. Karena kalo nggak, hati bisa terkena “penyakit”, dan akan berpengaruh pada pikiran, tindakan dan kebiasaan2 seseorang.. Lebih jauhnya bisa berpengaruh pada lingkup yang lebih besar pada kehidupan seseorang..
Kalo Harry Emerson Fosdick bilang: “Membenci orang itu seperti membakar rumah sendiri demi mengusir tikus..”