Belakangan ini, sering banget gw liat hal2 yang berbau fitnah di dunia maya.. Mungkin karena ini tahun politik, tahun dimana lawan politik saling menjatuhkan, dan kawan politik salilng disanjungkan.. Jadinya banyak hal2 yang “aneh” dan bikin bingung “ini yang bener yang mana ya ??”.. Meskipun sebelum tahun politik pun banyak artikel yang berbau fitnah, yang disebarkan oleh para “haters” mungkin, atau orang2 yang fanatik atau yang merasa paling benar..
Gw nggak tau kenapa mereka2 itu koq menyebarkan yang seperti itu.. Seakan berasa ingin “menjatuhkan” yang lain… Padahal logika sederhananya, kalo seseorang ingin menjatuhkan orang lain, itu artinya dia jelas2 mengakui kalo posisi dia berada di bawah orang yang ingin dijatuhkan.. Orang2 rendah yang merasa kualitas diri atau kelompoknya sudah kalah, cara fitnah pun jadi sah.. Orang2 berkualitas malah “ditimpukin” kata2 nggak bener, dan bukannya malah dijadiin cerminan diri.. Ibarat buruk muka, cermin dibelah.. Gyehehe..
Gw jadi teringat sebuah kisah dalam literatur Zen.. Tentang seorang biksu yang bertanya pada salah satu “pentolan” Zen.. Si biksu membawa buku yang ia pelajari bertahun2, dan ia ingin menanyakan bagian2 yang nggak bisa ia mengerti pada pentolah Zen tersebut… Si pentolan Zen ternyata nggak bisa membaca allias buta huruf.. Lantas si biksu pun berkomentar: “Anda bahkan nggak bisa mengenali huruf, gimana bisa memahami artinya..??”.. Si pentolan Zen ngejawab: “Kebenaran tidak ada kaitannya dengan kata2..”
Lantas si pentolan Zen menunjukkan jarinya ke bulan di langit, sambil berkata lagi: “Kebenaran bisa diumpamakan seperti bulan terang di langit, dan kata2 bisa diumpamakan seperti jari..” Waw.. Hebat sekaleh analoginya.. Jari bisa nunjukin posisi bulan, tapi jari kan bukan bulan.. Namun supaya orang sekitar kita bisa lihat bulan, kita kan perlu ngeliat kemana jari mengarah.. Jadi, maksud dari si pentolan Zen: Kata2 bukanlah kebenaran, tapi bisa menunjukkan ke arah kebenaran… Dan kebenaran tidak pernah salah.. Anak kecil pun meski penyusunan kata2nya masih berantakan, tapi tetap bisa menunjukkan hal yang benar pada kita…
Kalo gw pikir, orang dewasa penyebar fitnah itu mengambil “keuntungan” dari hal ini.. Dibungkus dengan rangkaian kata2 rapi & indah seakan2 yang ia lontarkan itu benar (jari), padahal esensi sejati kebenarannya belum tentu (bulan).. Berapa banyak dari kita kemudian “terjebak” untuk melihat “jarinya” saja, dan bukan bulannya..??.. Ini kayaknya bisa jadi alasan kenapa sebagian besar fitnah wujudnya adalah kata-kata, baik itu yang diungkapan secara lisan maupun tulisan.. Analogi jari & bulan ini juga sepertinya gak cuman nyambung sama fitnah aja, tapi bisa hal2 lain yang sederhana & fundamental.. Contohnya: Berapa banyak orang yang membaca kata2 petunjuk di kitab sucinya (melihat jari), tapi nggak liat esensinya, alias masih berbuat nggak jujur dan dzalim (nggak liat bulannya..??)…
“Bahasa dan kata2 hanyalah simbol untuk mengungkapkan kebenaran.. Tapi menganggap kata2 sebagai kebenaran adalah sama lucunya dengan menganggap jari sebagai bulan..” – The Book of Zen –
*sotoy banget guwa yak..(T_T!)..*
setuju, menyatakan “rasionalisasi” yang belum jelas kebenarannya adalah salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri, by the way saya suka analoginya apalagi sama kaliamat ini : “berapa banyak dari kita kemudian “terjebak” untuk melihat “jarinya” saja, dan bukan bulannya..?” sukses 🙂
LikeLike
Tengkyuuu… sukses selalu juga yaa..
LikeLike
Pingback: JO KOngkrit WOW !!.. | Lagi Lagi Halaman Guna Guna
Pingback: pilah pilih idol.. | halaman guna guna
salam kenal gan
LikeLiked by 1 person