me|write, read|me, think sotoy
Comments 10

riset game – repost..

Untitled-2Hwalah, ternyata gw lupa.. review buku nggak bisa diimport dari MP ke WP… Pantesan pas gw cari, koq postingan gw tentang riset video game yang jadul nggak ada… Beruntung sempet gw copy ke MSword.. Jadi bisa gw posting lagi dah dimari.. Euh, rasa2nya ada yang kurang ajah, tesis gw neliti tentang video game, tapi gak narok ini di blog… hihi.. So, here it is the REPOST:

Penulisnya melakukan riset atas 2000 orang lebih, diambil dari populasi yang beragam. Orang- orang diambil dari kalangan profesional bisnis yang beragam, meliputi lulusan dua program MBA, pegawai organisasi besar yag berkutat di jasa finansial, konsultan manajemen, teknologi tingkat tinggi, manufaktur, perawatan kesehatan dan pemerintah, dan profesional dari beragam perusahaan kecil yang berfokus pada pemasaran, ritel, dan pendidikan tinggi..

langsung aja dah.. begini neh kurang lebih hasil riset mereka:

  • 90 juta anak-anak yang tumbuh dengan bermain game justru lebih sosial, lebih setia kepada tim, dan menjadi pengambil keputusan yang lebih handal ketimbang sebaya mereka yang tidak bermain game di masa pertumbuhan.
  • Para gamer tumbuh dalam lingkungan yang dimana setiap orang dapat berhasil dalam apapun.. asalkan cukup gigih dan ulet.. iye toh ?? wong kalo kalah alias game over tinggal pilih “continue” atau “load game”.. yah, kegagalan bukan masalah.. toh kita masih bisa mengulang kembali dengan tombol start !!.. hehe.. pengalaman seperti ini membuat para gamer menjadi lebih gigih, pantang menyerah, dan menganggap kegagalan adalah sebuah hal yang biasa.
  • Mereka yang termasuk dalam generasi game menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif di beberapa bagian, seperti visualisasi dan peta mental.. kemampuan yang cukup membantu bagi para profesional manapun dalam era komputer.
  • Riset lain menunjukkan bahawa bermain video game meningkatkan ingatan visual pada anak-anak diatas usia 4 tahun. William Linn, kepala Learning center di Human Interface Technology Laboratory, University of Wahington berkata, bahwa anak-anak yang tumbuh dengan bermain game berpikir dengan cara yang berbeda dan akan menjadi orang dewasa yang dapat memproses informasi dalamberbagai cara baru: “pikiran mereka melompat-lompat. Seakan-akan struktur kognitif mereka tersusun secara paralel, dan bukannya berurutan.
  • Game adalah latihan yang bagus untuk persiapan dunia nyata. Secara spesifik, game adalah lingkungan pelatihan yang baik bagi dunia nyata dalam organisasi yang menuntut pemecahan masalah secara kolaborasi. Dunia game adalah mesin raksasa yang tercipta untuk memberikan anak-anak jumlah dan kisaran pilihan yang besar dan kemudian langsung menunjukkan konsekwensi pilihan mereka.
  • Para gamer berkemungkinan lebih besar untuk merangkul resiko daripada orang lain, dan atas dasar alasan yang cocok. Soalnya game ibarat sebuah kursus investor pemula yang tak hentinya mengajarkan pertukaran resiko dan hasil. Dalam setiap generasi selalu ada orang yang mengambil resiko untuk sekedar mencari sensasi. Namun para gamer tidak termasuk dalam golongan ini. Gamer tidak menghargai pengambilan resiko yang tidak perlu. Survei menunjukkan secara eksplisit, para gamer bukanlah pencari sensasi.
  • Dalam kelompok usia pengambil keputusan, rekan kerja maupun investor, ada tren yang jelas menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan seorang profesional muda untuk bermain game, semakin besar kemungkinan ia mengaku suka bersosialisasi. Lebih menarik lagi, diantara generasi game, responden dengan pengalaman game yang lebih banyak akan memiliki nilai lebih tinggi pada kriteria kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain. Orang-orang yang tidak bermain game menunjukkan tingkat kebutuhan paling rendah untuk berhubungan dengan orang lain di lingkungan kerja. Jadi, kalo maen game terus malah jadi penyendiri atau terasing malah tidak terbukti. Data riset justru menunjukkan bahwa gamer lebih peduli dan tertarik untuk berhubungan dengan orang lain. Rata-rata, generasi game berkemungkinan lebih besar untuk ingin merasa diterima.
  • Para gamer memiliki kemampuan multi tasking yang lebih baik ketimbang non gamer. Hal ini disebabkan otak mereka “dipaksa” mengerjakan banyak hal secara halus oleh game, dan proses ini bisa saja terjadi bertahun-tahun. Game membanjiri pemainnya dengan informasi. Dengan begitu, game setidaknya telah memaksa pemainnya untuk berpindah-pindah tugas secara cepat. Bayangin aja, di saat yang sama, mereka dijejali musik, visual, kontrol responsif jari tangan, ditambah permainan itu sendiri yang kadangkala harus berpikir cepat atas action yang dilakukannya. Belum lagi ekstra pada saat yang sama ia masih harus ngeladenin ngoborol teman yang duduk di sebelahnya. (mungkin contohnya: kalo gw maen final fantasy XII, otak gw dijejali musik, tampilan, terus dikeroyok musuh, gw mesti milih secara cepat apakah harus pake magic, attack biasa, item, atau nyuruh “anggota tim” yang lain), terus ditambah temen yang duduk di sebelah gw ngomong, “eh.. tuh monster yang itu culun amat seh mukanya.. gyahaha… kayak temen kita si anu yah gie..”… mungkin kalo bener kejadian, gw bakal ketawa asem seperlunya, terus ngejawab: “BERISIK LUU !! MAU MATI NEH GUWEE !!!” ==> contoh kemampuan multi tasking rendah.. (^_^!)

soo.. mari bermain gameeee !!!

10 Comments

  1. btw, bukannya gamer itu penyendiri? sosial & setia kawan sesama gamer kali ya.. multitasking iya, ga bisa diganggu kan kalu udah main game?
    game & kehidupan nyata bukanya kebalik gitu?

    Like

    • Hehe.. Hasil risetnya kayak gitu.. Coba baca bukunya Yoris Sebastian yang “Creative Junkie” deh mbak… Di situ dia terang2an mengakui dengan bangga, kalo apa yang dia capai selama ini banyak dipengaruhi oleh kegemarannya bermain game dari kecil… Apa yang dia nyatain, gw liat ada beberapa yang “nyangkut” sama hasil riset ini.. Sebagai entrepreneur dan pencapaiannya sejauh ini, kayaknya dia bisa jadi role model seorang gamer yang sukses…

      Image Hosted by ImageShack.us

      Like

    • Ada juga riset yang bilang; semakin bertambah umur seseorang, makin disibukkan oleh pekerjaan, anak istri dan urusan2 orang “dewasa” lainnya, semakin mungkin seseorang cenderung menjadi CASUAL gamer… Jadi boss roel, mainkan aja game2 casual, termasuk LINE POP yang pernah gw invite ke elu itu.. hihi… Asli, casual type fun oriented bwangedh !!..

      Image Hosted by ImageShack.us

      Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s