Ada yang bilang kalo passion adalah barang mewah.. Karena nggak semua orang paham, bahkan untuk kepengen tahu passionnya sendiri aja belum tentu..
Passion itu ibarat benih atau biji, nggak bisa dimakan sebelum jadi buah.. Maka, passion yang bisa “menghasilkan”, pastilah selalu passion hasil “perawatan” atau pemeliharaan bertahun2 yang outputnya berupa karya2 yang apik.. Sebelum passion terkonversi menjadi sebuah skill, ia akan sulit untuk dijual atau ditukar dengan harga yang mahal..
Passion seseorang nggak akan bisa ketahuan tanpa berkarya.. Banyak orang sepertinya salah berharap: pengennya ketemu passionnya dulu, baru beraksi / berkarya.. Padahal yang bikin orang bisa cepet ketemu passion itu ya banyak berkarya / beraksi dulu, baru nanti bisa ketemu.. Karena sejatinya passion itu produk hati, dan bukan produk pikiran.. Coba aja, pikirin aja terus passion kita apa, tanpa beraksi.. Bisakah ketemu ??..
Dari survey yang dilakukan Rene (2013) dan timnya, yang dimuat dalam buku “Passion Without Creation is Nothing”, ternyata hanya 1 dari 10 orang yang bisa membedakan antara passion dan profesi.. Proses mengetahui, memahami, dan memaknai passion bisa saja memakan waktu seumur hidup..
Seringkali kita juga masih bingung membedakan antara passion dan hobby.. Banyak orang kalo ditanya passionnya apa ??.. Jawabannya jadi hal2 sepele, seperti makan, nonton, maen game, dan sejenisnya.. Hehe.. Padahal jawaban2 kayak gitu lebih dekat ke hobby.. Dan sebenarnya, posisi passion itu levelnya ada di atas hobby..
Hobby umumnya berorientasi pada kesenangan, jadi nggak ada kebutuhan atau niatan untuk meningkatkan kemampuan di situ.. Hobby biasanya juga hanya berbicara tentang pengeluaran, dan bukan pemasukan.. Jadi kalo ada yang ngaku “passion gw video game”, tapi dia nggak bikin game, itu hobby, bukan passion..
Hobby memang menyenangkan, tapi nggak jadi masalah kalo nggak dilakukan.. Passion berkaitan dengan “pemasukan”, maka dari itu seakan ada tuntutan wajib harus terus melakukan untuk meningkatkan kepiawaian.. Hobby dilakukan kalo ada waktu luang, sedangkan passion dilakukan dengan “berkorban” meluangkan waktu..
Bagi mereka yang udah berhasil menemukan passionnya, dan udah ngakar, apalagi mendatangkan income, passion seakan jadi tidak bisa tidak untuk dilakukan.. Ini menjadi nyambung sama Howard Gardner (1993) dalam bukunya “Creating Minds”, yang menyatakan para jenius kreatif seperti Einstein, Picasso, dan lainnya adalah mereka yang bisa seakan “bernafas” dan hidup “larut” dalam bidang yang mereka tekuni.. Hal yang sangat sulit kalau tidak “dibahan bakari” oleh passion..
Anehnya, kok ya bisa ada orang2 yang terus2an membuat atau menyebar berita hoax.. Kalo nggak berbuat itu kayaknya nggak enak gitu.. Itu hobby atau passion ya ??.. (^_^)/.. Yah apapun itu, pelakunya pasti adalah mereka yang di dalam hatinya ada penyakit..
Passion-nya menyebarkan berita buruk kali Bang, hehe. Tapi terlepas dari itu, saya agak berpikir kalau mencari passion dan/atau hobi itu tidak begitu penting. Yang penting saya melakukan kegiatan yang saya suka, sebaik-baiknya, tanpa beban. Tulisan ini malah memberi semacam inspirasi baru, terima kasih ya. Mudah-mudahan apa yang kita suka lakukan untuk saat ini bisa jadi passion yang menghasilkan baik materiil maupun immateriil, amin.
LikeLiked by 1 person
Amiiin broh.. hehe.. Bekerja keras dan cerdas sebaik2nya tanpa menyadari passion diri juga sepertinya bisa juga kok jadi orang yang berhasil.. Karena ada beberapa hal yang sebenernya udah sering kita lakukan, tapi tanpa kita sendiri menyadari atau paham betul tentang itu.. Ya seperti itulah “rasa”nya passion tanpa perlu didefinisikan.. Yang penting bisa enjoy.. Bisa betah terus melakukannya.. Sukses selalu..
LikeLike
Sip! Mudah-mudahan kita enjoy dengan apa pun kegiatan positif yang kita lakukan saat ini. Terima kasih, hehe.
LikeLike