entrepreneurship, me|write, think sotoy
Leave a Comment

cambuk ketidak nyamanan..

0212Lanjutan dari postingan sebelumnya yang ini: “di tengah karena menengah”… Dimana hasil studi dari Mihaly yang menyatakan bahwa, orang2 dari “kelas menengah” secara statistik lebih sedikit yang mencapai kesuksesan besar / prestasi kelas dunia.. Disebabkan karena motivasi yang “menengah” juga.. Jadi perlu trik2 tertentu untuk membuat motivasi kelas menengah menjadi tetap tinggi.. Ini cuman sotoy2nya gw aja sih yang gw himpun dari beberapa buku bacaan gw..

Pertama, Gunakan teori OMA (One Minute Awareness).. OMA ini semacam menit dimana kita demikian tersentuh, dan menjadi berani membuat komitmen2 diri yang nggak tanggung2 tingginya.. Siapapun bisa menemukan, atau “menjadikan” peristiwa biasa disekitarnya menjadi OMA..

Contoh: Melihat orang meminta2, keluarga / orang kurang mampu, buat sebagian orang mungkin biasa.. Tapi bagi sebagian yang lain, bisa jadi sebuah motivasi yang memicu diri untuk berperan dalam mengubah kehidupan mereka.. Dan kalo mau mengubah mereka, diri ini mesti sukses dulu toh ??.. Dengan membawa “hati” yang bersih dalam melihat keseharian sekitar, OMA bisa diciptakan, dan motivasi seseorang bisa terjaga untuk tetap tinggi.. Masih banyak sebetulnya contoh dari OMA, poin dari caranya sih: melihat dengan hati dan sudut pandang yang bisa bikin diri ini termotivasi..

Kedua, yang lumayan ampuh: Undang rasa tidak aman atau keterdesakan.. Bisa dengan cara menciptakan irreversible commitment.. Jadi komitmen yang dilakukan di depan, dan nggak bisa ditarik kembali.. Dulu pas SMA, gw pernah coba.. Bersama empat orang teman, ngadain komitmen di depan: siapa yang nilai ulangannya paling jelek diantara kami berlima, dia harus traktir makan di kantin satu kali..

Rasa nggak aman langsung tercipta.. Bagaimanapun, nggak ada diantara kami berlima yang mau jadi bokek setelah setiap nilai ulangan keluar.. Haha.. Akhirnya belajarnya jadi tambah serius.. Dulu sih, cuman jalan beberapa kali, karena kami berlima menyadari, bahwa cara ini sangat berpotensi menguras duit orang tua kami juga.. Hyahaaa..

Untuk yang sudah bekerja, irreversible commitment bisa dilakukan dengan cara begini: bilang ke teman yang paling nggak kita suka: “Gw punya target ‘X’ di bulan depan.. Kalo nggak nyampe tuh target, gw bakal traktir lu makan siang dimana pun elu mau..”.. Doeenngg.. Pasti rasa nggak aman langsung mencekam di depan.. Ya, nggak mesti temen yang gak disuka aja sih, temen biasa juga bisa.. Cuma kalo ada “bumbu” persaingan, biasanya bisa lebih “kena”.. Motivasi langsung melesat.. Hehe..

Ketiga, ini yang paling ekstrim dan beresiko tinggi.. Ciptakan rasa tidak aman artifisial yang langsung berdampak sekarang / saat ini juga.. Masukkan diri langsung ke dalam kondisi “point of no return”.. Jadi udah bukan komitmen lagi, namun menciptakan langsung kondisi tidak aman sekarang juga.. Karena, kalo masih bersifat “di kemudian hari”, motivasi “sekarang”nya agak sulit nongol.. Contohnya para perokok.. Banyak dari mereka yang sebenarnya takut kalo “nanti” kena kanker paru, cuman karena masih “nanti”, ya nanti juga berhentinya..

Pernah gw baca, secara sains, manusia memang memiliki pertahanan psikologis untuk mengabaikan rasa takut yang terjadi di kemudian hari supaya bisa berfungsi normal.. Kalo nggak begini, mungkin jumlah koruptor nggak akan banyak, karena nggak ada yang bisa mengabaikan rasa takut dari siksa neraka.. Tapi ya karena nerakanya masih nanti, jadi ya korup dulu dah, urusan neraka gimana nanti.. hehe..

Banyak contoh konkrit dari langkah “point of no return” ini.. Misal yang gw liat sendiri, ada orang yang begitu dapet duit lebih dikit, langsung jajal buat DP rumah atau mobil, atau yang lain.. Jadi langsung dah dia masuk ke “lingkaran cicilan” yang mengerikan.. Hehe.. Dengan begitu, motivasinya jadi berpangkat enam belas.. Hyaha.. Tapi beneran loh, dia bilang sendiri: “Dengan gitu saya jadi lebih tercambuk & semangat..”.. Dan Alhamdulillahnya, sejauh ini gw liat nggak ada masalah, cicilannya terbayar.. Motivasi tinggi dapet, rumah dapet, dan gw denger sih sekarang lagi ambil cicilan mobil.. Gokil yee..

Penulis dan motivator Jamil Azzaini adalah salah satu orang yang mendidikkan cara ini pada anaknya.. Saat anaknya SMA, ia bikin pernyataan ke anaknya kalo beliau hanya mau membiayai pendidikan si anak sampe kuliah semester 2, setelah itu ya mesti bisa biayain sendiri.. Bener aja, langsung dimasukkan ke  kondisi “terdesak” seperti itu, saat SMA si anak bisa dapet penghasilan sendiri yang jumlahnya beberapa juta per bulan.. Tidak besar, tapi cukup hebat untuk ukuran anak SMA.. Terlebih bila dibandingkan mereka yang seumurannya, yang masih sangat bergantung pada orang tua..

Contoh tokoh besar yang melakukan ini ya Thariq bin Ziyad.. Setelah sampai di pantai wilayah musuh, ia membakar kapal2 pasukannya sendiri.. Laut di belakang, musuh di depan, pulang nggak akan terbayang, yang ada hanya menang.. Lantas, sejarah baru pun terukir..

Kondisi terdesak alias rasa tidak aman yang nyata bisa membuat seseorang jadi tambah mikir.. Otaknya terus2an “muter”.. Segala cara jadi mau dicoba.. Ibarat “monster hunter”, memangsa atau dimangsa.. Atensinya terus menerus jadi seperti seorang survivor, lebih jeli melihat peluang yang berseliweran, dan memanfaatkan segala yang dipunya, baik itu yang di dalam, maupun yang diluar..

“Kemapanan bisa jadi penghambat dari perkembangan kualitas pribadi,” begitu kata Om Mario Teguh.. Gw setuju sama pernyataan: orang yang sukses, pastilah orang yang kreatif.. Dan ini sejalan dengan yang dibilang para pendiri twitter: “Creativity comes from constrain..”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s