me|write, think sotoy
Comments 6

-[[ konteks ]]-

Coba tes baca satu paragraf ini:
Sebelum memasangnya, Anda harus melepaskan kelima baut dari bagian belakang unit.. Caranya: (1.) Kendorkan semua baut dengan kunci pas yang disertakan.. (2.) Tahan baut dengan kunci pas lalu tarik keluar melalui bagian lubang yang lebih besar. (3) Isi lubang dengan penutup plastik yang tersedia.. (4.) Simpan baut di tempat aman seandainya Anda perlu memindahkan unit.

Bisa paham maknanya ??.. Hehehe.. Bingung ya..?? Kalo sebelum baca dikasi tau itu barangnya apa, terlebih kalo liat gambarnya langkah 1 sampe 4-nya, pasti tingkat kepahamannya akan tambah akurat..

Paragraf pertama itu adalah kutipan dari buku manual sebuah mesin cuci.. Coba deh baca ulang.. Nah, makin kebayang dan paham kan ??.. Sebenernya ini agak2 mirip eksperimen yang pernah dilakukan oleh Bransford (1972) dan dimuat dalam jurnal “Contextual prerequisites for Understanding”, atau kalo diterjemahin = “Prasyarat Kontekstual untuk Memahami..”

Namun Bransford melakukannya dengan topik pekerjaan laundry, dan membagi partisipannya menjadi tiga kelompok.. Kelompok 1, diberi tahu bahwa topiknya adalah laundry sebelum membaca paragraf.. Kelompok 2, nggak diberi tahu sama sekali bahwa paragraf merujuk ke laundry.. Dan kelompok 3 diberi tahu merujuk ke laundry setelah selesai membaca paragraf..

Hasilnya ya tidak mengejutkan.. Kelompok yang paling paham dan paling ingat akan makna dari paragraf adalah kelompok 1.. Mereka mampu lebih paham dan menyimpan informasinya secara lebih spesifik.. Karena dikasi tau di awal bahwa “konteks”nya adalah tentang laundry, mereka menjadi punya “gambaran mental” terlebih dahulu akan paragraf tersebut.. Terlebih laundry bukanlah hal asing bagi mereka..

Eksperimen Bransford menunjukkan betapa pentingnya konteks dalam mendapatkan substansi makna dari kalimat2/informasi.. Kalimat pendek sederhana pun, untuk bisa dipahami secara utuh, tetap memerlukan sejumlah konteks.. Contoh, misal ada kalimat di kertas: “Bang !! Dua, pedes, tengkyu !!..”

Bisa paham secara akurat maknanya ??.. Kalo nggak tau persis “konteks”nya, sulit.. Kita bisa tau ini pasti dalam konteks pesan ke tukang makanan.. Nggak mungkin ke tukang handphone.. Euh, mungkin juga sih, kalo si abangnya mau melumuri sambel ke dagangannya sebagai bonus.. —(^0^)/..

Tau kalo itu tentang pesenan makanan pun, makna spesifiknya masih bisa kurang akurat.. Karena ada banyak sekali tukang makanan.. Ada tukang bakso, mari2 sini (eh..), ada tukang siomay, ketoprak, nasi goreng, dsb..

Itu baru kalimat sederhana.. Coba bayangin, kalo ayat Qur’an, atau buku hadist, yang berasal dari ratusan tahun lalu, dimana banyak konteks yang berbeda dengan sekarang..

Menurut Deddy Mulyana (2005) dalam “Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar”, konteks merupakan sebab / alasan terjadinya suatu pembicaraan, dan menjadi sangat berperan dalam pemahaman makna serta informasi..

So, hanya mengandalkan tekstual saja untuk membangun makna akurat ya cukup sulit.. Memang harus banyak2 Iqr’a..

6 Comments

    • Ya berusaha juga menemukan konteksnya, melalui ahli2 tafsir yang memang mumpuni yang memang tahu sebab musabab kenapa ayat itu turun pada saat itu.. Seperti Prof, Quraish shihab, atau selevelnya.. Kalo hadist memang sebaiknya di”cross cek” ke Qur’an, sejalan atau nggak, karena dalam sejarah penyusunannya ada unsur politik juga..

      Buat saya pribadi, menafsirkan ayat itu memang berat.. Yang sering saya lakukan adalah mentadabburi atau mengambil manfaat dari ayat2 Qur’an.. Kalo dianjurkan berpikir ya mikir, Iqra’ ya baca, dianjurkan cek and ricek kalo ada berita ya dicek.. Mentadabburi juga termasuk membangun makna sih, hanya saja ala logika akal sehat orang awam, untuk diambil kebaikan dan manfaatnya.. Yang sering saya lakukan di blog ini juga, menulis teori2 sains yang saya anggap sejalan dengan Qur’an.. Buat saya pribadi, itu bisa bermanfaat untuk “menguatkan” keimanan saya sendiri..

      Saya meyakini, manfaat yang timbul dari Qur’an itu sifatnya kebaikan universal, karena memang tertulis diturunkan untuk semua umat manusia, bukan untuk yang beragama Islam saja..

      Liked by 1 person

Leave a comment