me|write, my life stories, think sotoy
Comments 4

“warna” dari lahir..

Untitled-1Apakah bener ada orang yang dilahirkan berbakat, dan ada yang nggak ??.. Kalo bener begitu, adilkah Tuhan ??.. Kalo gw pikir memang ada hal2 yang diturunkan dari orang tua kita, tapi sepertinya bukan bakat.. Tapi hal lain yang sifatnya bukan faktor penting untuk menggapai kesuksesan.. Seperti wajah (hmm, ini penentu kesuksesan nggak ya ??.. hihi.. Ah, tukul pun bisa sukses tuh..), atau karakter “kesukuan” ortu (gw orang madura, karakter turunan itu emang gw rasain ada di diri gw..), dan lain sejenisnya.. hehe..

“Katakanlah: Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing…” (QS 17:84).. Buya Hamka menjelaskan, kata “syaakilah” di ayat tersebut bisa diartikan bakat atau bawa’an.. Tiap2 orang “bawa’annya” berbeda2, dan anjuran untuk bekerja menurut “bawaan” menjadi hal yang amat patut dipertimbangkan.. Tapi apa sebetulnya “bawaan” yang dimaksud di itu ??

Sotoy2nya gw sih ya, kalo itu adalah “bakat” jadinya kok malah berasa “sempit”.. Jadi buat gw “bawa’an” disitu adalah mesin kecerdasan dominan pada otak seseorang.. Belum lama ini, karena diajak tetangga, anak gw usia 3 tahun gw ikutin tes sidik jari untuk melihat mesin kecerdasan dominannya yang mana.. Menurut yang punya metode, sidik jari manusia terbentuk pada saat janin berusia 13 minggu.. Dan saat itu juga Neo Cortex / bagian otak janin juga terbentuk.. Jadi, bagian otak dan sidik jari seseorang terbentuk di saat yang bersamaan secara simultan di dalam rahim ibunya..

Maka pola sidik jari seseorang bisa merupakan “gambaran” dari otaknya.. Metode pembagian otak yg digunakan ngetes anak gw sama seperti yg gw udah tau.. Ada 4 bagian otak manusia: Kiri bawah, Kiri atas, Kanan atas, dan Kanan bawah.. Umumnya ada satu yang dominan atau yang kuat.. Tapi ada juga yg menyatakan ada sejumlah orang yang keempatnya bisa sama kuat.. Nah, sidik jari bisa menunjukkan bagian otak mana yang dominan dari seseorang..

Menurut perisetnya, sidik jari adalah inheritance atau diturunkan.. Namun di buku lain yang trainingnya juga pernah gw ikutin, bagian otak mana yang dominan adalah murni sebuah “Given” dari Tuhan.. Jadi orang tua nggak akan bisa merencanakan atau “ngincer” anaknya nanti akan jadi orang dengan kecerdasan utama yang mana.. Nggak masalah juga sih, karena sejatinya, yang manapun yang dominan, semuanya punya potensi kesuksesan yang sama besar..

Nah ini lah yang buat gw “bawaan” seperti yang ditafsirkan Buya Hamka pada ayat di atas.. Bukan bakat spesifik tidak berbelah, tapi mesin kecerdasan otak yang dominan sebagai bahan mentah untuk diolah.. Dengan begini, tentu saja pengembangan bakat atau profesinya menjadi lebih luas.. Bisa googling sendiri masing2 mesin kecerdasan “jalur emasnya” ada dimana..

Ini juga yang bikin gw setuju dengan mereka yang bilang: “Anak bukanlah kertas kosong”, karena sejatinya mereka sudah ada warna dasar bawa’annya masing2.. Gw pikir, peran ortu adalah mempercepat mengetahui “warna dasar” si anak.. Lantas membiarkan mereka mencampur2 warna dasarnya sendiri, dan memberi wawasan baru kalo “di luar” mereka ada warna2 lain..

Bukan mustahil nantinya warna dari luar bisa turut “mencampuri” warna dasar mereka, sehingga membuat mereka semakin kaya warna tanpa harus kehilangan warna dasar mereka sendiri..

4 Comments

  1. Kaya warna tanpa harus kehilangan warna sendiri. Filosofis banget tuh kata-katanya. Saya setuju pada dasarnya setiap orang ada “mesin kecerdasannya sendiri”. Mesin kecerdasan setiap orang berbeda-beda. Ada yang cerdas dalam mengolah kata-kata, visual dan banyak hal lainnya. Mengetahuinya lebih awal adalah kunci pertama. Selanjutnya tentu saja adalah mengembangkan mesin kecerdasan tersebut. Bolehkah mesin kecerdasan itu saya jadikan mesin uang bung Ogie?

    Liked by 1 person

  2. Pingback: 100% paham diri ?? | halaman guna guna

Leave a comment