me|write, think sotoy
Comments 5

di tengah karena menengah..

Untitled-2Nggak sedikit anak2 dari keluarga kekurangan justru kehidupan ekonominya melejit secara menakjubkan di saat dewasa.. Anak2 orang berada, rasa2nya lebih mudah kalo pengen jadi berhasil di masa dewasanya, karena beragam “fitur” yang tersedia sebagai anak orang kaya.. Terus, anak2 orang yang ekonominya biasa2 saja / menengah, sepertinya malah punya kecenderungan untuk jadi biasa juga di masa dewasa.. Bener nggak sih pernyataan kayak gini ??

Mihaly, seorang pakar kreativitas pernah melakukan sebuah riset tentang “situasional” sosial ekonomi ini.. Ia mengaitkan fenomena pada paragraf di atas dengan faktor keterdesakan.. Keterdesakan di sini lebih kepada situasi / “keadaan” seseorang dalam kehidupannya, atau bisa dibilang sebagai rasa nggak aman yang dialami oleh seseorang..

Sayang di buku yg gw baca ini, nggak disebutkan secara detail riset dari si Mihaly.. Namun secara garis besar, ia meneliti sejumlah orang dari sejumlah keluarga tertentu, dan diamati siapa2 saja yang mampu mencapai tingkat kesuksesan tertentu /  prestasi kelas dunia..

Mihaly menemukan dari keseluruhan subjek penelitiannya, mereka yang mencapai sukses / berprestasi kelas dunia, 34% merupakan anak orang kaya.. Bapaknya banyak yang bekerja sebagai guru besar, pengacara, dokter, ilmuwan, konduktor orkestra, atau pebisnis kaya raya.. Sementara, 30% lainnya malah berasal dari keluarga miskin / kurang mampu, seperti kaum imigran, petani, atau keluarga buruh kasar..

Orang tua yang mapan secara pendidikan dan material sepertinya mampu memberikan sarana dan prasarana bagi anak2nya untuk mencapai kesuksesan.. Dan di saat yang sama, mampu juga memberikan rasa tidak aman pada si anak, dengan besarnya harapan yang ditanamkan sejak kecil.. Jadi mungkin ini ibarat ancaman secara halus kali ya dari si ortu: “Udah gw kasi segala macam buat dukung lo, kalo masih kagak sukses juga, kelar hidup lo !!”.. Hyaha..

Nah, kalo yang orang dari sosial ekonomi miskin, terus jadi sukses, ya mungkin mikirnya: “Mau gimana lagi ?? Wong udah mentok di bawah, ya harus naik lah.. mosok mau jadi lebih miskin lagi ??..”.. Jadi bagi kelompok ini, situasi “melarat” terbukti mampu memberikan rasa nggak aman yang nyata pada kehidupan masa kini dan masa depan mereka.. Akibatnya, bisa memecut motivasi tinggi mereka untuk harus terus maju hingga berhasil..

Nah, yang jadi pertanyaan, gimana kalo sosial ekonominya sedang2 aja ??.. Dibilang kaya nggaaak, dibilang miskin juga nggak.. Bahasa kerennya middle class lah, alias kelas menengah.. Ternyata kelompok ini juga masuk dalam subjek penelitian Mihaly.. Dan ternyata hanya 10% dari kelas menengah yang berhasil menjadi sukses / berprestasi kelas dunia..

Banyak yang beranggapan, situasi keluarga menengah ternyata mampu memberikan rasa aman yang cukup bagi si anak, sehingga anak2 mereka seringkali kekurangan motivasi untuk mencapai hasil yang lebih.. Perhatikan saja, kita2 yang “menengah” ini lah yang seringkali ngapdet status kalo lagi ada masalah atau terpuruk, lantas parahnya, nggak diikuti dengan tindakan kongkrit..

Kerja pun bisa “asal jadi” saja, yang penting kelar terus terima gaji, sering juga tidak ada idealisme / misi pribadi yang dimasukkan di dalam pekerjaan.. Bagi kaum menengah: keterdesakan hidup nggak terlalu memuncak, jadi bekerja dengan “patokan standard” pun masih bisa selamet.. Aman bro.. Hehe..

Aman memang nyaman.. Namun tanpa disadari, hal ini bisa jadi bumerang bagi diri.. Karena kasarnya, ya ujung2nya cenderung membuat diri ini terus menerus nyaman di “tengah”, alias jadi orang biasa.. Toh, tanpa belajar lagi dan upaya yang ekstra keras, masih bisa “hidup” kok.. Bisa ditebak, ujung2nya prestasi besar jadi sulit tercipta..

Terus buat kita yang di kelas tengah ini, supaya tetep bisa berprestasi besar dan berpotensi sukses gimana dong ?? Ada tips & trik nggak ??.. Hmm.. Ntar deh yaa, akan dibahas di postingan selanjutnya.. Udah panjang neh.. Hyaha..

5 Comments

  1. Ada pepatah yang bijak yang mengatakan jika orang tua kita (maaf) miskin, lalu kitanya juga menjadi ikut (maaf) miskin, menjadi benar adanya dalam konteks tulisan di artikel ini. Membaca tulisan ini menjadi pencerahan buat saya. Mudah2an kita semua bisa lebih sukses daripada orang tua kita dan anak-anak kita bisa jauh lebih sukses daripada kita.

    Liked by 1 person

  2. Manusia tidak bisa memilih, lahir dari rahim orang yang kaya atau orang yang miskin.. Namun bisa memilih tindakan2 setelah ia lahir.. Data2 Mihaly membuktikan bahwa seseorang lahir dari keluarga miskin pun bisa sangat berpeluang “membalikkan” keadaan.. Keberhasilan bisa diupayakan oleh siapa saja.. Amiin do’anya mas.. memang dalam Islam juga dianjurkan, untuk meninggalkan keturunan yang lebih kuat.. Semoga kita semua bisa sukses dunia akhirat..

    Like

  3. Pingback: cambuk ketidak nyamanan.. | halaman guna guna

Leave a comment